Karawang, mediaseruni.co.id – Karawang masih zona merah sampai hari ini. Dari keseluruhan kecamatan hampir tak tersisa yang zona oranye, apalagi hijau. Sementara warga terpapar positif Covid-19 justru semakin banyak.
Namun hal yang mengkhawatirkan adanya indikasi bahwa virus Covid-19 yang beredar saat ini adalah Varian Delta (Covid India) dengan gejala demam, batuk-batuk dan flu terus menerus. Terlebih jika mencermati tren warga terpapar pasca lebaran kemarin, ternyata dimotori Klaster Industri dan Klaster Keluarga, terutama yang berada lingkungan perumahan.
Patut dimaklumi jika kemudian virus inipun menimbulkan kecemasan diingkungan warga perumahan, karena hampir rata-rata warga perumahan bekerja di kawasan industri.
Permasalahan lainnya, tidak sedikit juga karyawan di kawasan industri yang berinteraksi dengan warga di lingkungan pemukiman, sehingga tidak heran jika ‘bom waktu’ virus covid-19 yang dicemaskan inipun akhirnya meledak seperti terjadi saat ini.
Panik? Lalu ingin menuding progam PPKM yang gagal? Panik iya, tapi urusan tuding menuding tentu bukan siap yang bijak. Terlepas efektif atau tidaknya kebijakan membatasi aktifitas warga dengan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), yang dibutuhkan sekarang adalah tindakan tegas dari garda-garda terdepan pejuang Covid-19 (baca; Satgas Covid-19).
Kenapa dibutuhkan tindakan tegas. Tidak ada salahnya melihat kembali ke belakang. PPKM selama ini diberlakukan hingga lapisan masyarakat terbawa yakni Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW). Jika program ini dilakukan dengan benar tentu akan efektif menumbuhkan disiplin masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan di lingkungan tempat tinggalnya.
Minimal sudah tertanam di dalam hati bahwa mengenakan masker, menjaga jarak dan mengurangi aktifitas di luar rumah selama pandemi Covid-19 adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi. Hukumnya wajib. Bila perlu diberlakukan sanksi berat bagi yang melanggar, dan tidak cuma sebatas push up, sit up, skotjam atau membersihkan sampah di pinggir jalan. Tetapi bisa lebih berat dari itu sehingga dapat menimbulkan efek jera.
Satgas Covid-19 barangkali bisa membuka data. Saya acungkan jempol bagi para pejuang Covid ini. Berbagai operasi sudah dilakukan, baik siang maupun malam dan efektif membubarkan aksi kumpul-kumpul dan memasangkan masker pada warga dan pengendara motor dan mobil bandel yang enggan menerapkan protokol kesehatan, di pinggir jalan raya.
Tetapi efektifkah di lingkungan pemukiman? Jawabnya tidak! Amat sulit untuk menumbuhkan disiplin protokol kesehatan dilingkungan masyarakat. Bahkan sampai-sampai adanya rumor yang meragukan apakah benar Covid-19 itu ada. Ini amat menyedihkan, sementara sudah jutaan orang yang mati karena penyakit mengerikan itu. Bahkan, meski tetangga kanan dan kiri sudah terpapar, masih juga meragukan keberadaan Covid-19.
Sudah tentu ini jadi tugasnya Satgas Covid-19 hingga garda-garda pendukungnya untuk bekerja lebih keras lagi. Tentu saja, untuk inipun dibutuhkan suport dari Pemerintah Daerah (Baca; Pemerintah Karawang). Jika perlu anggarkan bagi mereka jaminan kesehatan, jaminan sosial, jaminan kematian dan segala macam jaminan yang dapat memotivasi pejuang-pejuang Covid ini bekerja lebih keras lagi.
Itupun jika pemerintah tetap keukeuh tetap menggunakan PPKM sebagai ujung tombak penanganan Covid-19. Dan tentunya, fokus penanganan pun difokuskan di lingkungan pemukiman (baca; RT dan RW) dan juga perumahan. Tentunya juga, panglimanya disini adalah para kepala desa dan lurah. Artinya ditiap-tiap desa dan kelurahan dibentuk satgas-satgas kecil seperti ketika awal-awal wabah ini masuk ke Karawang.
Optimalkan para linmas atau hansip untuk jadi garda Covid-19 di lingkungan masing-masing. Mereka dipantau langsung para Babinsa yang setiap hari wajib berliling memberikan motivasi, sehingga mereka berani menghentikan warga atau pendatang yang tidak mematuhi protokol kesehatan. Minimal menyuruh mereka kembali ke rumah untuk mengambil masker dan mengenakannya sebagai syarat keluar lingkungan.
Selain mengoptimalkan petugas-petugas kesehatan dan jika perlu menerjunkan mahasiswa untuk turun ke lingkungan masyarakat guna memberikan pencerahan atau sosialisasi betapa pentingnya protokol kesehatan. Sangat sederhana sekali dan sebetulnya sudah diterapkan cuma tidak sungguh-sungguh.
Namun, yang terpenting dari itu adalah suport dari para pemimpinnya. Bupati, Wakil Bupati, Sekretaris Daerah, Dandim, Kapolres turun langsung ke pemukiman warga. Kehadiran para pejabat ini merupakan obat paling mujarab dari segala program penanganan Covid-19. Sekali lagi, tetap semangat para pejuang Covid-19. Yang kalian lakukan akan tercatat di akhirat sebagai tiket kalian ke surga. (*)