Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal I 2025 mengejutkan banyak pihak. BPS resmi mengumumkan angka pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 4,87%, melambat dibandingkan 5,11% di kuartal I 2024. Apa penyebabnya?
Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menjelaskan bahwa perlambatan ini tak lepas dari dinamika ekonomi global. Meskipun IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global dan negara berkembang tetap positif di 2025, kenyataannya beberapa faktor berpengaruh signifikan.
Pertumbuhan ekonomi beberapa mitra dagang utama Indonesia menunjukkan tren beragam. Tiongkok tumbuh stabil, namun AS justru melambat. Malaysia, Singapura, dan Vietnam menunjukkan penguatan, sementara Korea Selatan malah mengalami kontraksi 0,1%.
Related Post
Data perdagangan global juga turut memberikan gambaran. Harga minyak sawit naik 21,24% (year-on-year), namun turun 6,67% (quartal-to-quartal). Sebaliknya, harga batu bara dan nikel justru mengalami penurunan baik secara tahunan maupun kuartalan. Harga komoditas migas, seperti gas alam dan minyak mentah, mengalami peningkatan kuartalan. Walaupun perdagangan global secara keseluruhan masih tumbuh, didorong oleh sektor jasa dan barang, perlambatan ini tetap menjadi sorotan.
Kesimpulannya, perlambatan ekonomi Indonesia di kuartal I 2025 merupakan cerminan kompleksitas dinamika global. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak jangka panjang dan strategi penanganannya. Apakah pemerintah sudah siap menghadapi tantangan ini?
Leave a Comment