Bom! AS-China Damai, Tarif Impor Dipangkas! Dunia Lega?

Perang dagang AS-China yang menegangkan akhirnya mereda. Kedua negara raksasa itu sepakat memangkas tarif impor selama 90 hari, sebuah keputusan yang mengejutkan pasar global dan memicu optimisme di tengah kekhawatiran resesi.

Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengumumkan pemangkasan tarif resiprokal sebesar 115%. Setelah perundingan intensif selama dua hari di Swiss—pertemuan pertama sejak Presiden Trump menaikkan tarif impor barang-barang China pada Januari lalu—AS akan menurunkan tarif impor dari China menjadi 30%, sementara China memangkas tarif impor dari AS menjadi 10%. Kedua negara sebelumnya terlibat perang tarif yang saling balas, dengan AS mengenakan tarif 145% dan China membalas dengan tarif 125% untuk sejumlah produk.

Kesepakatan ini tak hanya soal tarif. AS juga berhasil mendorong China untuk meningkatkan upaya pemberantasan perdagangan ilegal fentanyl, opioid kuat yang diduga diselundupkan ke Meksiko dan Kanada. Bessent menyebut kesepakatan ini sebagai hasil dari negosiasi yang keras, di mana kedua negara sama-sama memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Ia menegaskan komitmen AS untuk mencapai keseimbangan perdagangan.

Pengumuman ini disambut positif oleh pasar keuangan global. Hang Seng Hong Kong melonjak 3%, sementara Indeks Komposit Shanghai ditutup naik 0,8% sebelum detail kesepakatan diumumkan. Saham-saham Eropa dibuka menguat, dan bursa saham AS diprediksi akan dibuka dengan kenaikan 2-3%. Sebelumnya, perang tarif telah memicu gejolak pasar dan kekhawatiran resesi global.

Namun, kesepakatan sementara ini menimbulkan pertanyaan: apakah ini awal dari perdamaian dagang yang lebih permanen, atau hanya jeda sebelum babak baru pertarungan? Dampak jangka panjangnya terhadap perdagangan global masih perlu dipantau dengan cermat. Para analis ekonomi akan mengamati dengan seksama dinamika perdagangan AS-China dalam 90 hari ke depan untuk melihat apakah kesepakatan ini akan berujung pada resolusi yang lebih komprehensif atau hanya menjadi penundaan sementara sebelum konflik kembali berkecamuk.