Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data yang mengejutkan: angka pengangguran Indonesia melonjak hingga 7,28 juta jiwa pada Februari 2025. Kenaikan sebesar 38 ribu jiwa dibandingkan periode yang sama tahun lalu ini memicu pertanyaan besar: apa sebenarnya yang terjadi di pasar kerja Indonesia?
Meskipun populasi usia kerja dan angkatan kerja meningkat – mencapai 216,79 juta dan 153,05 juta jiwa masing-masing – kenyataannya tidak semua mampu terserap dengan baik. Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers di Jakarta menjelaskan, dari 153,05 juta angkatan kerja, 7,28 juta diantaranya masih menganggur. Sisanya, 145,77 juta jiwa, telah bekerja. Namun, angka ini belum sepenuhnya mencerminkan gambaran utuh. Data BPS juga menunjukkan adanya pekerja paruh waktu dan setengah pengangguran yang jumlahnya signifikan, namun belum dijabarkan secara detail.

Pertumbuhan ekonomi yang melambat, gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sejumlah sektor, dan kurangnya keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja, menjadi beberapa faktor yang diduga kuat menjadi penyebab lonjakan angka pengangguran ini. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang paling terdampak dan merumuskan solusi strategis untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah dihadapkan pada tantangan besar untuk menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia agar mampu bersaing di pasar kerja yang semakin kompetitif. Ke depan, peningkatan investasi, program pelatihan vokasi, dan reformasi kebijakan ketenagakerjaan menjadi kunci untuk menekan angka pengangguran dan mewujudkan kesejahteraan masyarakat.

Related Post
Leave a Comment