Pemerintah terus mempercepat pembangunan proyek Pelabuhan Patimban fase 2, yang ditargetkan rampung pada November 2025. Pelabuhan ini diharapkan mampu menurunkan biaya logistik di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan daya saing sektor perdagangan nasional.
Pelabuhan yang mulai beroperasi pada tahun 2021 ini telah berperan penting dalam memperkuat perekonomian nasional dengan menghubungkan kawasan industri dari berbagai wilayah strategis, seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, ke pasar internasional. Dengan konektivitas yang lebih baik, pelabuhan ini mendukung kelancaran arus barang dan meningkatkan daya saing produk Indonesia di pasar global.
Setelah penyelesaian infrastruktur Pelabuhan Patimban fase 1 (paket 1-4), saat ini tahap konstruksi memasuki fase 2, yaitu pengerjaan paket 5 yang telah dimulai. Paket 5 ini memiliki nilai total proyek sebesar Rp3,7 triliun dan ditargetkan rampung pada November 2025. Proyek ini diharapkan dapat mendukung operasional pelabuhan secara keseluruhan dan meningkatkan kapasitas logistik di Indonesia.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan bahwa Pelabuhan Patimban memberikan dampak signifikan terhadap Kawasan Metropolitan Rebana, yang mencakup tujuh kabupaten/kota, yaitu Subang, Indramayu, Cirebon, Majalengka, Sumedang, Kuningan, dan Kota Cirebon. Dampak ini mencakup peningkatan konektivitas dan aksesibilitas, yang pada gilirannya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan tersebut.
Kawasan Rebana diperkirakan dapat mendorong pertumbuhan perekonomian sebesar 7,16%, menciptakan peluang untuk terbukanya 4,39 juta lapangan pekerjaan, serta meningkatkan investasi hingga 7,77%. Potensi ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi perekonomian regional dan nasional, menjadikan kawasan ini sebagai salah satu pusat pertumbuhan yang strategis.
“Jadi harapannya, koridor utara Jawa akan lebih efisien dengan adanya Pelabuhan ini, sekaligus membantu traffic di Jakarta tidak terlalu macet,” kata Airlangga dalam keteranganya, dikutip Minggu (6/10/2024).
Airlangga menjelaskan bahwa pembangunan Pelabuhan Patimban bertujuan untuk mengurangi biaya logistik dengan memperpendek jarak antara pelabuhan dan kawasan industri serta meningkatkan konektivitas perdagangan. Proyek ini mengusung konsep berkelanjutan dengan fokus pada pembangunan pelabuhan yang hijau, cerdas, dan terintegrasi sebagai pelabuhan internasional. Saat ini, pembangunan pelabuhan tersebut telah memasuki tahap 1-2.
Pembangunan Pelabuhan Patimban ini akan menambahkan dermaga kontainer sepanjang 419 meter, melakukan reklamasi untuk terminal kontainer seluas 27 hektar, serta pengerukan alur pelayaran dan kolam pelabuhan hingga kedalaman -14 meter. Dengan demikian, pelabuhan ini akan memiliki kapasitas yang lebih besar dan dapat mendukung peningkatan aktivitas logistik dan perdagangan.
“Sehingga setelah Paket 5 ini selesai, total panjang dermaga kontainer akan mencapai 840 meter, dengan luas area container terminal mencapai 40 hektar, dan alur pelayaran mencapai kedalaman -14 meter,” jelasnya.
Dengan pembangunan ini, kapasitas terminal peti kemas di Pelabuhan Patimban akan meningkat menjadi total 2 juta TEUS. Selain itu, alur pelayaran akan dapat dilalui oleh kapal-kapal peti kemas raksasa dengan ukuran 61.000 DWT, yang mampu mengangkut hingga 4.600 TEU. Peningkatan ini diharapkan dapat memperkuat posisi Pelabuhan Patimban sebagai pusat logistik yang penting di Indonesia.
Pembangunan Pelabuhan Patimban dilaksanakan oleh konsorsium yang terdiri dari Toa Corporation, PT Waskita Karya (Persero) Tbk, Wakachiku Construction, Hutama Karya, dan PT Brantas Abipraya (Persero). Selain itu, ada juga konsorsium TWWHA JO yang mencakup PT Anugerah Samudera Madanindo (ASM), yang dikenal memiliki pengalaman dalam bidang konstruksi maritim dan pengerukan. Kerjasama ini diharapkan dapat memastikan pembangunan pelabuhan berjalan sesuai rencana dan standar yang ditetapkan.
Sementara itu, Faris Muhammad Abdurrahim, Direktur Utama PT Anugerah Samudera Madanindo (ASM), menyatakan bahwa keselamatan kerja merupakan aspek penting yang harus dijaga sebagai kontraktor pelaksana. Oleh karena itu, penerapan budaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) sangat diutamakan. Hal ini terbukti dengan pencapaian perusahaan yang berhasil meraih Zero Lost Time Injury (LTI) selama 1,4 juta jam kerja.
Pelabuhan Patimban diharapkan menjadi angin segar bagi para pelaku industri, terutama bagi mereka yang selama ini bergantung pada Pelabuhan Tanjung Priok, dengan memberikan pilihan alternatif untuk pengiriman barang. Pelabuhan ini akan berfungsi sebagai salah satu hub logistik dan pelabuhan singgah untuk Tol Laut Trayek T-3, yang diharapkan dapat mengurangi kemacetan yang terjadi di Jakarta. Dengan adanya pelabuhan ini, efisiensi dalam distribusi barang di seluruh Indonesia akan semakin meningkat.
“Proyek Pelabuhan Patimban ini sangat strategis, sehingga Kontraktor Pelaksana berjuang segenap sumber daya untuk mengkontribusikan seluruh kinerja, kompetensi terbaik dari putra bangsa Indonesia sebagai salah satu dukungan kemajuan perekonomian Indonesia,” katanya.
Meskipun menghadapi beberapa tantangan di lapangan, termasuk kondisi cuaca yang tidak dapat diprediksi, seperti hujan dan badai, kontraktor pelaksana tetap berkomitmen untuk bekerja dengan sebaik mungkin guna memenuhi target penyelesaian pembangunan pada 4 November 2025. Komitmen ini mencerminkan dedikasi mereka untuk memastikan bahwa proyek dapat diselesaikan tepat waktu dan sesuai dengan standar yang ditetapkan.