Obras Hari Ini, Berani Tegas tapi Tetap Humanis
Karawang, mediaseruni.co.id – Istilahnya Obras, obrolan santai tapi serius, serius dan tegas. Sejak kemarin sampai hari ini obrasnya begitu, akan tetapi akan lebih menarik jika dibarengi dengan humanis. Obras tapi humanis, karena sekarang ini yang dibutuhkan masyarakat yang manis-manis lantaran sudah terlalu lama menelan yang pahit.
Sekarang masyarakat sudah pintar. Malah dalam hal penyerapan informasi pun mereka sudah cepat. Mereka tahu mana informasi hoax dan mana yang fakta. Dimasa Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Covid-19 sekarang ini, yang terpenting sekarang adalah bagaimana masyarakat secara sadar mau mematuhi aturan, bukan menakut-nakuti untuk sadar supaya patuh pada aturan. Karena mereka itupun tahu apa sanksi dan hukumannya apabila melanggar aturan. Hanya saja, terkadang masih suka nakal. Mencuri-curi peluang untuk sedikit melanggar aturan yang sudah ditetapkan.
Gusar? Kita semua gusar. Petugas panik karena kelelahan warganya tak kunjung patuh pada aturan, masyarakat panik karena ketakutan. Takut tidak bisa memberi makan anak dan istri serta takut tidak bisa menyekolahkan anak. Sehingga tidak peduli ada Covid atau tidak, asal anak tetap bisa makan maka covid pun ditabrak. Sementara wabah Covid-19 sekarang semakin menggila.
Pertanyaannya sekarang, apakah sudah saatnya bersikap keras. Tentu saja harus tegas, kan hukum harus ditegakkan. Tetapi tegas kan tidak harus keras, walau terkadang diperlukan ketegasan untuk memaksakan sebuah aturan dengan sanksi denda uang dan penjara. Boro-boro bayar denda uang, buat makan saja susah. Mungkin pilihannya adalah penjarakan saja saya.
Bentuk dari sebuah keputusasaan, dan itulah yang terjadi. Saat ini dilemanya seperti itu, dilema covid namanya yang muncul dari teror covid yang mempengaruhi akal dan pikiran. Namun harus logis, karena pandemi covid ini harus segera berakhir dan kehidupan masyarakat bisa kembali normal. Logis disini tentu saja, jangan tergesa-gesa bertindak dan mengambil keputusan, atau asal bicara tegas tapi tidak logis karena kurang memahami kondisi sesungguhnya yang sedang berlangsung.
Beberapa tulisan saya, dari awal sudah mengapresiasi keberhasilan petugas menerapkan protokol kesehatan dipinggir-pinggir jalan raya, di perkantoran, dan pertokoan. Warga yang melintas dan tidak mengenakan masker langsung dihentikan dan diberi masker, pegawai yang masuk kantor sudah pula wajib masker, di pusat-pusat pembelanjaan hampir tak terlihat ada karyawan dan pengunjung yang tidak memakai masker. Demikian pun lingkungan pemukiman dan perumahan warganya pun sudah bermasker.
Tetapi terkadang kita lupa. Ibarat pepatah ‘semut diseberang lautan keliatan gajah dipelupuk mata tidak terlihat’. Meski program vaksinasi sudah berlangsung namun sang Covid masih terus beraksi, malah semakin liar saja nampaknya. Sebetulnya kalau mau dicermati, bukankah yang buat covid liar itu dari klaster industri dan keluarga. klaster keluarga kan munculnya dari klaster industri, karena rata-rata keluarga yang terpapar yang anggota keluarganya menjadi karyawan dan pegawai di kawasan-kawasan industri.
Nah, bukankah lebih terang. Malah ini saatnya kalau mau tegas-tegasan. Tegaslah terhadap kawasan industri. Hajar covidnya disana. Harus berani karena kan hukum harus tegas dan ditegakkan. Tanpa pandang bulu, mau pengusaha, pejabat, masyarakat dan penjahat. Hukum berlaku dari atas sampai kebawah. Pemerintah daerah harus berani tegas.
Soal investasi itu urusan belakang. Jangan takut rugi atau miskin, karena yang di kawasan industri itu pedagang. Mereka butuh tempat untuk berjualan, dan Karawang ini, mau disepakati atau tidak sudah menjadi Jakarta kedua yang menjadi sorga bagi para pedagang. Jadi, diusir pun mereka akan tetap datang lagi. Karena mereka tahu daya beli masyarakat Karawang tinggi. Berani? (*)
