Kota metropolitan Tampa, yang terletak di Florida, Amerika Serikat, biasanya dikenal sebagai tempat yang ramai. Namun, setelah kedatangan badai hebat Milton, banyak penduduknya terpaksa mengungsi, sehingga kota ini kini tampak seperti kota hantu.
Dikutip dari BBC, beberapa bagian Tampa sangat sepi. “Semua orang sudah pergi. Saya belum pernah melihat sepi seperti ini,” kata Steve Crist, seorang dokter gigi berusia 73 tahun, sambil menutup jendela tempat praktiknya. Ia memutuskan tetap diam di rumahnya.
Di luar, di jalanan, terdapat tumpukan puing-puing yang ditinggalkan oleh Badai Helene yang melanda dua minggu yang lalu. Warga yang merasa ketakutan telah meninggalkan wilayah Tampa untuk menghindari ancaman dari badai Milton yang mematikan, beserta angin kencang dan kemungkinan munculnya tornado.
Badai Milton, yang tergolong sebagai badai Kategori 4, diperkirakan akan melanda kurang dari dua minggu setelah Badai Helene menghancurkan Florida serta sebagian wilayah Georgia, Carolina, dan Tennessee. Bahkan, Milton sempat memperkuat diri menjadi Kategori 5, yang sangat berbahaya, dengan kecepatan angin maksimum mencapai 265 kilometer per jam.
Diperkirakan bahwa pusat badai Milton akan menerjang wilayah Tampa pada Rabu malam atau Kamis dini hari waktu setempat. Presiden Joe Biden bahkan menyatakan bahwa badai ini bisa menjadi yang terburuk yang melanda Florida dalam satu abad terakhir.
Badai dahsyat terakhir yang melanda Tampa Bay terjadi pada tahun 1921, ketika penduduk kota tersebut masih berjumlah ratusan ribu. Sekarang, seabad kemudian, Tampa telah berkembang menjadi salah satu metropolitan dengan pertumbuhan tercepat di AS, dengan populasi lebih dari 3 juta warga. Meskipun demikian, kota ini tetap rentan terhadap bencana badai.
National Hurricane Center memperkirakan bahwa ombak di Tampa Bay akan meningkat antara 2,5 hingga 3 meter di atas kondisi normal, dengan curah hujan mencapai 10 hingga 15 cm. Terletak di area Teluk Florida, Tampa memang sangat rentan terhadap badai. Pekan lalu, Badai Helene telah menyebabkan kematian di Tampa akibat tenggelam.
Kerentanan Tampa terhadap bencana badai sebagian disebabkan oleh topografinya. Garis pantai Teluk Meksiko di Florida memiliki kedalaman yang dangkal dan landas kontinen yang landai. Dasar laut yang lebih tinggi ini berfungsi sebagai penahan bagi aliran air badai. Hal ini kontras dengan pantai timur Florida, di mana dasar laut tiba-tiba turun beberapa kilometer dari garis pantai.
“Anda dapat mengalami badai yang sama, intensitas sama, semua sama, tapi gelombangnya amat berbeda,” kata Philip Klotzbach, periset badai di Colorado State University. Laporan Karen Clark and Co menyimpulkan Teluk Tampa adalah tempat yang paling rentan di AS terhadap banjir akibat badai dan berpotensi kehilangan USD 175 miliar dari kerusakan.
Meskipun penduduk Florida tidak asing dengan badai, Tampa belum pernah dilalui oleh badai besar secara langsung selama lebih dari seabad. Dalam periode tersebut, Tampa mengalami perkembangan pesat. Antara 2022 dan 2023, lebih dari 51.000 orang pindah ke daerah ini, menjadikannya sebagai wilayah metropolitan di AS dengan pertumbuhan terbesar kelima.
Kini, dengan mendadak, dua badai berturut-turut, Helene dan Milton, menerpa Tampa. Profesor meteorologi dari MIT, Kerry Emanuel, menyatakan bahwa badai yang melanda Tampa merupakan skenario terburuk yang telah dikhawatirkan oleh para ahli selama bertahun-tahun.
“Populasinya sangat besar. Kota ini sangat rentan, sangat tidak berpengalaman dan itu merugikan. Saya selalu berpikir Tampa akan menjadi kota yang paling perlu dikhawatirkan,” katanya.