Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggarisbawahi signifikansi program peralihan kendaraan roda dua dari bahan bakar fosil ke tenaga listrik. Inisiatif ini diakui sebagai salah satu langkah strategis dalam memulai perjalanan menuju era elektrifikasi. Dengan beralih ke kendaraan listrik, kita tidak hanya mengurangi ketergantungan pada sumber energi yang tidak terbarukan, tetapi juga berkontribusi terhadap upaya mitigasi perubahan iklim. Program ini diibaratkan sebagai jembatan yang menghubungkan kita ke masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan, menciptakan mobilitas yang lebih ramah lingkungan.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menjelaskan bahwa situasi ini sejalan dengan jumlah populasi pasar kendaraan roda dua yang mencapai 1,4 juta unit. Angka ini menunjukkan potensi besar untuk mengimplementasikan program konversi, mengingat tingginya permintaan dan penggunaan sepeda motor di Indonesia. Dengan begitu, peralihan ke kendaraan listrik tidak hanya akan membantu mengurangi emisi karbon, tetapi juga menawarkan alternatif transportasi yang lebih efisien dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Jika peluang ini dapat dimanfaatkan secara optimal, bukan hal yang mustahil untuk menjadikan Indonesia sebagai pemain kunci dalam era kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Dengan memanfaatkan potensi yang ada, negara ini dapat berkontribusi signifikan dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE). Peralihan menuju kendaraan listrik tidak hanya akan mengurangi jejak karbon, tetapi juga mendorong inovasi, menciptakan lapangan kerja baru, dan mengembangkan industri yang berkelanjutan. Dengan langkah-langkah yang tepat, Indonesia bisa menjadi contoh bagi negara lain dalam transisi menuju mobilitas yang lebih bersih dan ramah lingkungan.
“Potensi konversi roda dua sangat besar. Konversi secara bertahap bukan hanya membantu mengurangi konsumsi BBM, yang sebagian masih kita impor, tapi juga mendorong pertumbuhan industri dalam negeri,” katanya dalam keterangan tertulis dikutip Senin (23/9/2024).
Dadan menyatakan bahwa saat ini, mereka bekerja sama dengan Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) untuk mengembangkan industri komponen lokal serta mendorong pertumbuhan bengkel-bengkel konversi.
“Kementerian ESDM terus mengupayakan dua hal utama, yakni meningkatkan ketahanan energi dan menurunkan emisi. Keduanya harus dilakukan secara bersamaan,” ucap dia.
Lebih lanjut, Dadan menambahkan bahwa motor listrik memiliki dampak yang jauh lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan sepeda motor yang menggunakan bahan bakar minyak.
Sebagai ilustrasi, satu liter bahan bakar minyak (BBM) dapat menempuh jarak sekitar 35 km dan menghasilkan emisi sebesar 2,5 kg CO2. Di sisi lain, untuk jarak yang sama, satu kWh listrik yang digunakan oleh sepeda motor listrik hanya menghasilkan emisi sekitar 40 persen dari jumlah emisi BBM, atau sekitar 1,9 kg lebih rendah.
Dalam kesempatan yang sama, ia juga memberikan apresiasi kepada EV Conversion Race 2024 yang digagas oleh Aismoli, yang berlangsung di Sentul Karting International Circuit pada hari Minggu (22/9). Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai keandalan dan performa sepeda motor listrik yang dihasilkan dari proses konversi.
Melalui acara ini, diharapkan masyarakat yang masih skeptis terhadap kemampuan motor listrik dan sepeda motor hasil konversi dapat semakin percaya diri dan yakin.
“Hari ini, kita akan menyaksikan secara langsung kehandalan motor listrik konversi. Harapannya, semakin banyak masyarakat yang beralih dari motor berbahan bakar minyak ke motor listrik,” kata Ketua Umum Aismoli, Budi Setiyadi.