Manajemen Wartawan (Tidak Ada Istilah Tidak Dapat Berita)

0
0 views

HARI ini Jurnalis Om Peres tak berminat menghitung jumlah lubang jalan yang bernongolan lantaran tergali air hujan. Karena Om Peres percaya Kadisnya bisa menjalankan amanat rakyat yang diberikan kepadanya.

“Beuuuh! Begini jadi Jurnalis, tak cuma pandai bertanya dan mengelola pertanyaan jadi naskah berita, tapi mesti ngerti juga agenda pejabat. Jam segini ada dimana dan jam segitu berada dimana. Sehingga lokasi wawancara tidak bergeser.”

Maklum, biar pejabat, mereka juga punya agenda kerja. Dan, agenda kerjanya ini tidak akan berubah kecuali perintah mendadak. Nah, Om Peres pake gaya yakin kalau pagi hari pasti para pejabat ada di kantornya.

“Aku susul bang, ke Pemda, jangan terbang dulu.”

Selesai berucap Jurnalis muda Om Peres langsung starter motor dan tancap gas ke Pemda Karawang.

Om Peres baru tahu kalau setiap pagi para pejabat ini memang apel pagi di Plaza Pemda. Jadi kalau sumber beritanya pejabat ya tongkrongin aja Pemda pagi-pagi, dijamin gak perlu lagi nguber-nguber pejabat.

Semalam Om Peres memang sudah janjian mau ketemu kepala dinas. Membuat janji wawancara dengan sumber berita memang sudah jadi rutinitas sebagai agenda kerja esok hari.

Manajemen Wartawan sebutannya, dimana malam sebelum paginya liputan, seorang jurnalis harus mempersiapkan alat perangnya, kamera dan alat perekam.

Kemudian membuat janji-janji wawancara. Mau wawancara apa dan kenapa wawancara itu. Disampaikan terlebih dahulu ke sumber, agar sumber pun mempersiapkan dirinya dan data yang terkait dengan tema wawancara.

“Yes! Sampai,” suara Om Peres begitu mencapai gerbang masuk Pemda Karawang. Pandangan langsung terarah ke lapangan apel.

“Bagus, masih pada apel, masih sempat deh, ngudut,” suara Om Peres lagi, setelah memarkir motornya.

Selanjutnya, gak perlu juga kali memaparkan pagi itu sang jurnalis mau wawancara apa dan kenapa wawancara itu, kecuali lancar aja wawancaranya pagi itu.

Sebatang rokok tersudut api dari korek gas dari saku celana sang jurnalis. Om Peres menikmatinya, setelah pesan segelas kopi.

Memang, selain membuat janji wawancara dan mempersiapkan semua yang dibutuhkan untuk wawancara, tepat janji juga bagian dari manajemen wartawan yang harus dimiliki seorang jurnalis.

Jurnalis itu ibarat macan tutul. Pemburu tulen. Sekali menerkam tidak boleh gagal. Tak bertemu sumber di kantornya ya kejarlah ke lapangan sampai ketemu.

Karena dalam kamus wartawan, tidak ada istilah tidak dapat berita, apalagi tidak ketemu sumber berita. (*)

Tinggalkan Balasan