Hai! Banjirkah yang Membuat Engkau Populer

KARAWANG, MEDIASERUNI.CO.ID – Banjirkah yang membuat engkau populer di negeri tercinta ini. Sebuah pertanyaan, sepekan ini serasa memenuhi keseluruhan isi kepala. Tidak sampai menyakitkan tapi menimbulkan keheranan juga.
Risih? Sudah pasti. Betapa tidak, karena apapun sebutannya, banjir tetaplah malapetaka. Bencana yang membuat ribuan, bahkan jutaan dan ratusan juta orang menderita lahir dan batin. Sudah rugi harta, badan juga menderita lalu mengungsi karena rumah tenggelam.
Tetapi ceritanya ya seperti itu. Sejumlah tokoh; pantaslah disebut tokoh nasional, yang memang sudah populis dimata rakyat Indonesia malah semakin populer berkat bencana banjir. Lantas mencuat ke permukaan menjadi tokoh-tokoh pilihan yang dijagokan untuk jadi pemimpin.
Tidak keseluruhannya seperti itu, karena masih didukung prestasi-prestasi gemilang yang pernah diraih mungkin; tentunya tidak terlepas dari pencitraan, karena pencitraan memang pilihan agenda kerja para pemimpin terpilih yang dipilih oleh rakyat.
Tetapi saya berdoa, semoga bencana banjir tidak dimasukkan ke dalam komuditi politik para politikus dalam Pemilihan Gubernur (Pilgub) mendatang, karena rasanya akan sangat menyakitkan (meski saya pesimis hal itu tidak masuk dalam agenda para politikus).
Satu hal yang perlu dicermati, sepertinya pun genderang perang Pilgub sudah ditabuh. Sejumlah partai besar secara terang-terangan telah merilis bakal jago-jagonya untuk bertarung pada pemilihan gubernur.
Partai Demokrat salah satunya (entah karena tergesa-gesa atau manuver politik saja) bahkan sudah merilis jago-jagonya untuk Jawa Barat dan DKI Jakarta sekaligus. Berbeda dengan PDIP, meski masih malu-malu tetapi Megawati sudah mengisarat kearah sana, dan mungkin akan disusul partai-partai besar yang lain.
Sementara hujan masih terus mengguyur dan banjir pun masih meluas. Berbagai bantuan juga masih mengalir. Hampir semua partai ambil bagian dalam kegiatan penanggulangan. Baik sumbangan sembako maupun kader-kader partainya turun langsung bersama bendera masing-masing membawa warga korban banjir.
Selain DKI Jakarta yang trending karena banjirnya, Karawang juga ikut populer di seantero negeri lantaran banjirnya juga. Bahkan teman saya yang di Kalimantan jadi tahu saya tinggal di Karawang gegara banjir.
Berbagai ucapan simpatipun mengalir dari teman-teman saya di Sumatera, yang baru tahu saya bermukim di Karawang. Dari yang tadinya biasa-biasa saja dan bukan berarti apa-apa, kini saya jadi dikenal dan memiliki arti setidaknya bagi teman-teman saya gegara banjir yang melanda Karawang.
Tetapi saya bukan tokoh nasional, yang mungkin karena kesal dan capek terus-terusan disalahkan karena banjir dan berharap hujatan akan berhenti, lantas mengaku salah bahwa banjir adalah kesalahannya.
Saya justru sebaliknya, saya tidak merasa bersalah memilih tinggal di daerah banjir Karawang, karena itu sudah menjadi sebuah pilihan.
Akan tetapi, apapun istilahnya, pemimpin dan rakyat tentu saja berbeda. Saya berbeda dengan Ganjar Pranowo yang gubernur atau Cellica Nurrachadiana yang bupati, kalau mereka mengaku banjir adalah kesalahannya sangatlah pantas, karena dia yang memimpin saya.
Pemimpin harus berani bertanggungjawab. Salah akui salah benar bilang benar. Prestasi itu terlihat. Prestasi yang melahirkan rasa simpati dan dukungan. Tetapi, mestikah saya mendukung anda, hanya karena sebuah pengakuan? (Azhari)
