Melalui kanal YouTube pribadinya, @Sayyid Bahar bin Sumaith Official, Habib Bahar bin Smith menanggapi kritik pedas yang dilontarkan oleh Guru Gembul. Guru Gembul, yang dikenal dengan pandangan-pandangannya yang sering kali memicu perdebatan, mengomentari pernyataan Bahar yang dianggap menimbulkan kontroversi di kalangan masyarakat. Bahar bin Smith, seorang tokoh yang kerap berbicara lantang dan tanpa tedeng aling-aling, memberikan respons dengan gaya khasnya, mencoba meluruskan maksud dari ucapannya yang menjadi sorotan. Dalam video tersebut, ia berusaha menjelaskan perspektifnya secara mendetail, sembari memberikan argumen yang memperkuat pandangannya terhadap isu yang disinggung oleh Guru Gembul. Pertarungan gagasan ini menggambarkan ketegangan intelektual antara dua sosok dengan pengaruh besar di dunia digital dan masyarakat luas.
Dalam video tersebut, Habib Bahar bin Smith menjelaskan bahwa pernyataan yang dia sampaikan bukanlah pandangan pribadinya, melainkan bersumber dari sebuah kitab karya seorang ulama terkemuka. Ia menekankan bahwa ucapannya didasarkan pada ajaran yang tertulis dalam literatur klasik Islam, yang sudah lama dihormati oleh kalangan cendekiawan. Dengan merujuk pada kitab tersebut, Bahar bin Smith ingin menunjukkan bahwa pandangan yang disampaikannya memiliki landasan keagamaan yang kuat dan bukan sekadar opini subjektif. Hal ini, menurutnya, penting untuk memperjelas konteks dan menghindari kesalahpahaman di tengah masyarakat yang mungkin melihat ucapannya sebagai kontroversial tanpa memahami asal-usulnya.
“Perlu Ana(saya) luruskan dan Rabithah juga harus tahu Rabithah berpegang teguh kepada thariqoh baawi, Gembul, ente dengar ini!” ujar Habib Bahar dengan tegas sebelum melanjutkan penjelasannya.
Habib Bahar mengutip kitab Al Manhaj Al Sawi, sebuah karya yang ditulis oleh Syekh Abil Hasan As Sindi.
Ia memaparkan bahwa di dalam kitab tersebut terdapat sebuah pertanyaan mengenai siapa yang lebih unggul, apakah seorang Syarif (habib) atau seseorang yang berilmu.
Bahar menyebutkan bahwa, setelah melakukan perenungan mendalam, Syekh Abil Hasan As Sindi sampai pada kesimpulan bahwa seorang habib yang tidak berpengetahuan tetap dianggap lebih mulia dibandingkan dengan seseorang yang berilmu.
“Ini bukan kata Bahar, tapi Syekh Abil Hasan As Sindi dalam kitabnya yang mengatakan hal itu,” jelas Habib Bahar, menekankan bahwa ia hanya mengutip pendapat ulama tersebut.
“Itu yang berkata Syekh Abil Hasan As Sindi itu jadi harus tahu jangan jangan pikir itu omong Ana,” lanjutnya.
Pernyataan ini muncul setelah video Habib Bahar yang menyebutkan bahwa seorang habib yang bodoh lebih mulia dibandingkan dengan 70 kiai alim menjadi bahan diskusi hangat di kalangan masyarakat. Ucapan tersebut memicu perdebatan luas, dengan banyak pihak yang memberikan tanggapan, baik yang mendukung maupun yang mengkritik.
Dalam sebuah diskusi yang diadakan oleh Rabithah Alawiyah, Guru Gembul menyampaikan kritik tajam terhadap pernyataan tersebut. Menurutnya, narasi semacam itu berpotensi melukai perasaan umat Islam yang sangat menghormati para kiai dan ulama, yang selama ini telah berperan besar dalam mendidik serta membimbing masyarakat. Ia menekankan bahwa penghargaan terhadap ilmu pengetahuan dan para pendidik agama seharusnya dijunjung tinggi, mengingat kontribusi besar mereka dalam kehidupan spiritual dan sosial umat.
“Bayangkan bagaimana perasaan orang yang belajar agama dari kiai yang mereka cintai, lalu mendengar bahwa kiai tersebut dianggap lebih rendah dari habib yang tidak berpendidikan,” ujar Guru Gembul dalam diskusi yang disiarkan oleh Nabawi TV pada Ahad (8/9/2024).
Guru Gembul juga menegaskan pentingnya menghormati para kiai dan ulama yang telah memberikan pencerahan dan bimbingan kepada masyarakat. Ia mengingatkan agar semua pihak menghindari narasi yang berpotensi merendahkan mereka, karena para ulama berperan sebagai penjaga ilmu dan moralitas umat. Menurutnya, penghargaan terhadap kiai dan ulama harus tetap dijaga, mengingat dedikasi mereka dalam membangun fondasi spiritual dan intelektual masyarakat.