Karawang, Mediaseruni.co.id – Sejak kemarin laman WAG (Grup WhatsApp) Forum Jurnalis Media Karawang (FJMK); WAG ini tempat berkumpulnya para jurnalis yang berkantor redaksi dan bertugas di Kabupaten Karawang, di WAG itu riuh pemberitaan soal kontroversi mengenai penetapan Juru Bicara Satgas Covid-19 Karawang dr. Fitra Hergyana, sebagai Direktur Utama (Dirut) Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karawang.
Dua hal yang dapat ditarik, dan ini cukup menarik adalah penetapan Fitra sapaan dr. Fitra Hergyana turut terbawa-bawa nama orang nomor satu di kabupaten ini yakni Cellica Nurrachadiana, yang juga seorang dokter. Fitra disebut-sebut sebagai sepupuh orang yang saat ini juga menjabat Bupati Karawang itu. Selain masa kerja Fitra sebagai Pegawai Negeri Sipil (baca; Aparatur Sipil Negara/ASN) yang baru setahun, sehingga dianggap belum mumpuni untuk memimpin rumah sakit sebesar RSUD Karawang.
Terlepas dari dua hal menarik itu, pertanyaannya sebetulnya begini, apakah dr. Fitra sanggup memimpin rumah sakit sebesar RSUD Karawang? Memang, untuk menjadi Dirut RSUD profesinya harus dokter, dan Fitra sudah pasti dokter yang dulunya tenaga honorer di RSUD Karawang. Tetapi pengalaman dan jam terbang di bidangnya juga merupakan hal penting. Ibarat santan dari buah kelapa, semakin tua buahnya semakin kental santannya dan makin tinggi kualitasnya. Namun begitu, perlu dicatat juga bahwa buah kelapa muda juga tak kalah banyak manfaatnya.
Belum tentu yang tua yang banyak pengalamannya lebih berkualitas dari yang muda. Apalagi anak-anak muda zaman sekarang, setidaknya pola pikirnya tidak lagi sejadul saya; kalau acuannya profesi, saya ini termasuk orang zaman jadul, karena saya sudah jadi wartawan sejak tahun 1992, yang alhamdulillah masih dibiarkan hidup oleh Sang Maha Kuasa sampai sekarang. Dan, saya sangat bersyukur.
Saya tak hendak mengomentar Fitra itu siapa, lalu jam terbang dia sebagai PNS baru seumur jagung lewat empat bulan dan mungkin lebih, atau lantaran faktor kedekatannya dengan orang kebetulan menjabat bupati saat ini. Apalagi bicara soal intrik-intrik yang mewarnai penetapan dia sebagai Dirut RSUD. Karena terlepas dia mampu atau tidak membawa RSUD kearah yang lebih baik, tetap ini akan menjadi catatan dan akan turut menyeret kinerja bupati dengan catatan merah atau hitam.
Apalagi Dirut RSUD itu merupakan jabatan strategis yang terkait dengan pelayanan kesehatan masyarakat. Tentu saja untuk bidangnya ini tidak cukup membutuhkan orang-orang yang betul-betul memahami persoalan yang menyangkut kesehatan dan pelayanan, tetapi juga memahami bagaimana mengelola sebuah perusahaan. Jadi, tidak bisa dibilang “Ah, itu lain soal, kan sudah ada pegawai-pegawai yang bergelar MARS (Magister Administrasi Rumah Sakit)”.
Sudah berprestasikah Fitra? Saya juga tak ingin bertanya begitu. Apalagi menyangkut pautkan kiprahnya dalam penanganan wabah Covid-19 di kabupaten ini, karena Fitra kan hanya sebagai juru bicara yang selama ini (bisa jadi) paling mengetahui cara penanganan wabah itu di Karawang, karena dia yang terlibat langsung di lapangan. Data terbaru Senin 31 Mei 2021 pukul 12.00 wib tercatat 19.555 terkonfirmasi positif, 177 masih perawatan dan 89 isolasi mandiri, 18.643 sembuh dan 646 meninggal. Bahkan informasi terakhir perkembangan Covid-19, wabah penyakit itu di kabupaten ini trennya malah naik.
Bahkan dalam dua pekan terakhir pasca lebaran, Satgas Covid-19 menemukan kembali adanya klaster keluarga dan industri. Yang lebih mengerikan adanya ketakutan ‘virus covid-19 india’ sudah mendarat di Karawang; jenis virus ini lebih cerdik ketimbang virus yang ada saat ini. Bahkan dokter-dokter hebat ditempat asal vaksin Sinovac, yakni Cina, sempat kecolongan karena ada pasien pembawa virus india itu lolos tes (hasil tes coronanya negatif) ketika di tes dengan alat canggih. Untungnya dokter disana punya alat tes super canggih, sehingga virus india itupun dapat diketahui kehadirannya.
Tidak itu saja, saat ini perkembangan Covid-19 di Karawang sangat mengkhawatirkan. Bupati sendiri menyatakan kembali memperpanjang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) mikro sampai dua pekan ke depan. Langkah ini ditempuh menyusul status zona merah di 11 kecamatan dan 8 Kecamatan masuk zona oranye. Bahkan sudah ada dusun yang kembali di lockdown saking banyaknya warga di dusun itu yang terpapar positif covid-19.
Jadi, menurut saya, dengan berbagai pertimbangan itu, Covid-19 lebih membutuhkan dr. Fitra Hergyana ketimbang Rumah Sakit Umum Daerah Karawang. (*)