Alex Rins merasakan kekecewaan mendalam terhadap motor Yamaha YZR-M1 yang digunakannya. Meskipun telah berusaha keras dan mencoba berbagai strategi, performa Yamaha tetap berada di belakang para pesaingnya. Ini ibarat berlayar di lautan yang tenang, namun tanpa arah yang jelas; meskipun semua upaya telah dilakukan, hasil yang diharapkan tetap tak kunjung tercapai.
MotoGP Jepang 2024 tampaknya akan menjadi momen yang sulit dilupakan oleh Alex Rins. Pembalap Yamaha tersebut menyelesaikan balapan dengan selisih waktu lebih dari 40 detik dari juara lomba, Francesco Bagnaia. Hasil ini membuat Rins merasakan kekecewaan yang mendalam. Meski kondisi fisiknya sudah terkuras habis, perjuangan tersebut terasa sia-sia mengingat hasil yang diperolehnya. Seakan berlari dengan sekuat tenaga namun tidak bergerak maju, Rins harus menghadapi kenyataan pahit di ajang ini.
“Balapan yang sangat sulit, saya tak tahu harus berkata apa. Saya sangat terpukul karena menyelesaikan semua lap dengan kondisi jantung berdetak 190 kali per menit untuk memberikan yang terbaik dan meraih kemenangan. Awalnya tidaklah buruk, saya menggunakan setelan seperti di Austria untuk melihat apakah kami dapat meningkatkan pengereman dan ban belakang lebih banyak menyentuh aspal,” ujar Rins dilansir Motosan.
Menurutnya, di awal balapan, ia merasa cukup percaya diri. Namun, saat memasuki 10 lap terakhir, ketika kondisi ban mulai aus, ia mengalami kesulitan dalam mengendalikan motornya. Bahkan di trek lurus, Rins merasakan seolah motornya meluncur tanpa kendali, membuatnya semakin tertekan dalam menghadapi situasi tersebut.
“Kami harus mencari solusi, karena ini bukan cara yang tepat dan saya tidak senang dengan pekerjaan yang kami lakukan. Kami tidak akan mengenalkan mesin V4 di sisa balapan musim ini. Kalau semua berjalan lancar, mungkin mesin itu baru ada pada pertengahan musim depan, tapi kami membutuhkan sesuatu sebelum itu,” katanya lagi.
Saat ini, mantan pembalap Suzuki tersebut menyatakan bahwa rival terkuatnya adalah Fabio Quartararo, rekan setim yang juga mengendarai Yamaha YZR-M1. Meskipun demikian, Fabio berhasil mencatatkan waktu yang lebih baik dibandingkan Rins maupun Remy Gardner. Namun, di sisi lain, Quartararo juga menghadapi tantangan dalam balapan dan tidak menjalani perlombaan dengan mulus.
Dalam tiga balapan terakhir, Quartararo mengalami masalah kehabisan bahan bakar. Di seri Emilia Romagna, misalnya, ia seharusnya dapat menyelesaikan balapan di posisi kelima, tetapi karena masalah bensin, ia harus puas finis di posisi ketujuh. Kejadian ini jelas menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi performanya di lintasan.
“Masalah konsumsi bahan bakar di Motegi? Tidak. Saya hanya melakukan penghematan satu lap, menarik kopling di trek lurus untuk menghemat bahan bakar,” beber Rins.
“Kami berada di posisi kritis, bukan karena kami tidak bekerja, kami bekerja, tetapi melihat Anda sudah mengerahkan segalanya dan itu tak bekerja membuat frustrasi. Denyut jantung saya berdetak 190 kali per menit di setiap balapan untuk finis terakhir, 40 detik di belakang yang pertama. Memang rumit, tetapi kami memberikan segalanya dan harus bersabar. Apakah elektronik jadi kuncinya? Saya tidak tahu, kami belum menemukan apa yang kami cari,” pungkasnya.