JAKARTA – Di tengah gejolak pasar energi global dan urgensi mitigasi perubahan iklim, Indonesia secara agresif memperkuat fondasi ketahanan energi nasional. Amanat Asta Cita menjadi panduan dalam upaya strategis ini, yang salah satunya diwujudkan melalui efisiensi rantai pasok energi. Integrasi infrastruktur gas bumi kini menjadi sorotan utama sebagai langkah krusial untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber energi yang lebih bersih dan berkelanjutan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Laode Sulaeman, menegaskan bahwa perjalanan menuju energi terbarukan bukanlah tanpa tantangan. Ia menekankan perlunya konsistensi dalam mengurangi ketergantungan pada batu bara, sembari secara signifikan meningkatkan peran gas bumi. "Penurunan konsumsi batu bara mendorong meningkatnya ketergantungan terhadap gas bumi sebagai energi perantara. Hal ini menjadikan gas bumi primadona, baik untuk pembangkit listrik, sektor industri, maupun sebagai bahan baku," ujar Laode dalam sebuah forum diskusi energi, seperti dilaporkan mediaseruni.co.id.
Sebagai garda terdepan dalam implementasi kebijakan ini, PT PGN Tbk (Persero) melalui Direktur Infrastruktur dan Teknologi, Hery Murahmanta, memaparkan strategi transisi energi yang mereka usung. Strategi ini dirangkum dalam tiga pilar utama yang dikenal dengan akronim G-A-S (Grow, Adapt, Step-Out), merefleksikan komitmen perusahaan dalam mendukung visi energi nasional.

Related Post
Pilar Grow difokuskan pada penguatan fundamental infrastruktur gas bumi, mencakup perluasan jaringan transmisi dan distribusi, pengembangan fasilitas regasifikasi, serta ekspansi jaringan gas rumah tangga (jargas) untuk akses yang lebih luas. Selanjutnya, pilar Adapt diarahkan pada inovasi bisnis, seperti pengembangan LNG trading/bunkering dan infrastruktur upstream LNG domestik, guna menyediakan solusi energi terintegrasi. Sementara itu, pilar Step Out menandai langkah PGN menuju diversifikasi bisnis yang lebih jauh, yaitu hilirisasi gas bumi ke sektor petrokimia, serta eksplorasi energi hijau melalui biomethane dan pengembangan bisnis transportasi karbon.
Saat ini, PGN mengelola sekitar 95% infrastruktur hilir gas bumi nasional, melayani kebutuhan energi di 17 provinsi dan 74 kabupaten/kota. Angka ini menunjukkan dominasi dan peran vital PGN dalam ekosistem gas nasional. "Ke depan, kami berharap kehadiran PGN dapat semakin merata di seluruh wilayah Indonesia. Untuk merealisasikannya, diperlukan dukungan penuh dan kolaborasi dari seluruh pemangku kepentingan," pungkas Hery, menekankan pentingnya sinergi lintas sektor untuk mencapai tujuan energi berkelanjutan.









Tinggalkan komentar