WABAH Covid-19 ini harus disikapi dengan tegas. Namun acap kali ketegasan itu berubah jadi ragu-ragu, ketika yang terpapar adalah kerabat, teman dekat atau orang yang berada di lingkungan rumah kita.
Kasihan, tidak tega dan berbagai alasan menjadi sebuah pertimbangan. Padahal pada saat bersamaan, yang sebenarnya nyawa anggota keluarga kita ikut terancam, karena bisa saja jadi korban berikut yang terpapar.
Merasa seperti hakim yang menghakimi teman sendiri, atau mencoreng nama baik lingkungan yang selama ini baik-baik saja dan bebas Covìd-19. Sebetulnya tidak seperti itu juga, apalagi sampai terlintas untuk tidak memberitakannya.
Maklum, pekerjaan saya pemburu berita alias wartawan. Satu berita yang naik bisa jadi nasib bagi seseorang. Apalagi jika menyangkut covid-19. Alhamdulillah, kalau nasibnya jadi baik setelah diberitakan. Nah, kalau ternyata nasib buruk yang diterima. Maka seumur-umur bisa menyesali diri karena beranggapan sudah berbuat zolim.
Sekali lagi ternyata saya keliru. Dan itu bukan menzolimi, malah menjadi manfaat bagi yang lain karena sudah bertindak adil. Bayangkan saja, alih-alih ingin lingkungan tempat tinggal tetap namanya bersih tanpa embel-embel covid-19, yang terjadi malah sebaliknya.
Kecemasan, karena semakin banyak saja yang terpapar Covid-19 lantaran minimnya informasi. Padahal kalau saja kejadiannya naik jadi berita, paling tidak bisa menjadi bahan peringatan bagi yang belum terpapar, untuk mengambil langkah preventif memutus mata rantai penyebaran terhadap dirinya.
Setidaknya dapat menumbuhkan kepedulian terhadap ancaman wabah mengerikan ini, sebelum menjangkiti orang-orang yang masih sehat. Itu lebih baik ketimbang menutup mata dan berpura-pura tidak tahu kalau covid-19 itu sedang mewabah disekitar lingkungan tempat tinggal.
Sayangnya, masyarakat pun sepertinya sudah tidak peduli terhadap wabah ini. Bahkan ada yang beranggapan seolah hoax. Wabah ini sesungguhnya tidak ada, begitu komentar sebagian orang, melainkan sebuah penyakit ringan tak ubahnya batuk dan filek biasa, yang obatnya bisa dibeli di warung.
Sungguh menyedihkan, padahal sudah puluhan ribu orang jadi korban, bahkan rumah sakit pun tak mampu lagi menampung pasien covid-19 karena tidak ada lagi kamar tersisa. Percayalah, wabah ini fakta, covid-19 ini nyata. Sudah adakah keluargamu yang meninggal karena Covid-19. (Azhari)