Jejak-jejak kuno dari bagian Bumi yang telah lama menghilang, yang diperkirakan berusia sekitar 120 juta tahun, baru saja terungkap di Borneo, wilayah yang lebih sering kita kenal dengan sebutan Kalimantan. Penemuan ini ibarat membuka lembaran baru dalam buku sejarah planet kita, mengungkapkan kisah-kisah yang tersembunyi di dalam lapisan tanah dan bebatuan yang telah terpendam selama berabad-abad.
Para ilmuwan terus mengungkap berbagai penemuan menarik mengenai planet kita, mulai dari penemuan benua-benua yang telah lenyap selama berabad-abad hingga penemuan samudera luas yang tersembunyi di balik lapisan kerak Bumi. Setiap temuan ini seolah menciptakan jendela baru untuk memahami sejarah dan struktur planet kita, menantang pemahaman lama dan memperluas cakrawala ilmu pengetahuan.
Saat ini, penemuan terbaru yang mengagumkan telah mengungkap rincian mengenai lempeng tektonik kuno yang berusia 120 juta tahun, dikenal sebagai Pontus. Keberadaan kerak ini diprediksi setelah Suzanna van de Lagemaat, seorang ahli geologi pascasarjana di Universitas Utrecht, Belanda, bersama pembimbingnya, Douwe van Hinsbergen, melakukan analisis mendalam terhadap data geologi dari pegunungan yang terletak di wilayah Asia-Pasifik. Temuan ini menambah wawasan kita tentang dinamika bumi dan perjalanan sejarah geologis yang panjang.
“Kami pikir kami sedang berhadapan dengan peninggalan lempeng yang hilang yang sudah kami ketahui,” kata Van de Lagemaat, dikutip dari Indy100, Kamis (26/9/2024).
Dalam penelitian yang dilakukan di Kalimantan utara, ia berhasil mengidentifikasi sejumlah indikasi yang jelas mengenai keberadaan lempeng kuno Pontus. Tanda-tanda tersebut terlihat pada formasi batuan yang menunjukkan jejak-jejak sejarah geologis yang mendalam dan memberikan petunjuk penting tentang kondisi Bumi pada masa lampau.
“Namun penelitian laboratorium magnetik kami pada batuan tersebut menunjukkan bahwa temuan kami berasal dari tempat yang jauh di utara, dan pasti merupakan sisa-sisa lempeng yang berbeda dan sebelumnya tidak diketahui,” ujarnya.
Melalui rekonstruksi visual yang dilakukan sekitar 160 juta tahun yang lalu, para peneliti memperkirakan bahwa lempeng Pontus—yang merupakan bagian integral dari kerak Bumi sebelum terjadinya pemisahan superbenua Pangea—memiliki ukuran yang setara dengan seperempat luas Samudra Pasifik. Penemuan ini memberikan gambaran yang lebih jelas tentang konfigurasi geologis planet kita di masa lalu dan menyoroti peran penting lempeng ini dalam evolusi Bumi.
Pada zaman itu, Pontus terbenam di bawah lautan yang luas, berfungsi sebagai pemisah antara Eurasia dan Australia. Ketika Pangea mulai terpecah, diyakini lempeng ini mengalami proses penyerapan oleh lempeng-lempeng lain, yang akhirnya menggerakkan wilayah-wilayah seperti Filipina dan Kalimantan ke posisi geografis mereka saat ini. Proses geologis ini menunjukkan dinamika luar biasa dalam pergerakan lempeng tektonik yang telah membentuk wajah Bumi kita seperti yang kita kenal sekarang.
Penelitian yang dilakukan oleh Van de Lagemaat terpusat pada area kompleks yang sarat dengan aktivitas lempeng tektonik, yang dikenal dengan sebutan Junction Region atau Kawasan Persimpangan. Wilayah ini meliputi rentang geografis yang luas, mencakup Jepang, Kalimantan, Filipina, Papua Nugini, dan menjangkau hingga Selandia Baru. Keberadaan kawasan ini mencerminkan interaksi dinamis antara berbagai lempeng, yang terus berkontribusi pada evolusi geologi dan pergeseran batas-batas benua di kawasan Pasifik.
Melalui riset yang dilakukan, ia berhasil memanfaatkan data yang terkumpul untuk menghasilkan sebuah video berdurasi 36 detik. Video ini merekonstruksi pergerakan lempeng tektonik dari era dinosaurus hingga masa kini, memberikan gambaran visual yang jelas tentang perubahan geologis yang telah berlangsung selama jutaan tahun. Dengan menggunakan teknologi canggih, hasil karyanya tidak hanya menarik perhatian, tetapi juga memberikan wawasan yang mendalam mengenai evolusi planet kita sepanjang waktu.