SUARA derap kuda menggempita mengagetkan anak muda bernama Syahid. Segera dia melesat kebalik kerimbunan pepohonan. Lalu mengintai hati hati. Dari arah timur berderapan dua ekor kuda dilarikan tergesa-gesa. Dua penunggangnya adalah prajurit prajurit pengawal Kadipaten Pajang.
“Himm, pengawal pengawal Kadipaten Pajang… Nampaknya habis dari Jipang Panolan.” Syahid bergumam. “Mau apa mereka ke Jipang?” Syahid kerutkan dahi dan mencoba menebak-nebak kepentingan dua pengawal itu. “Hmm, apakah kunjungan biasa? Tapi, ah, tak biasanya. Lagi pula apa keperluan mereka ke Jipang? Apakah sepertí kunjungan pengawal pengawal Jipang ke Tuban dahulu…”
Masih menduga-duga Syahid sewaktu seseorang melintas dihadapannya. Syahid kontan melotot. “Orang tua berjubah putih…?” Syahid masih melotot ketika menyaksikan permata segede mata tangan menyembul indah pada bagian atas tongkat. Laksana seekor kijang melompat Syahid dengan mata berbinar senang.
Alangka kagetnya dia begitu keluar dari balik rerimbunan. Si orang tua ternyata sudah jauh dihadapannya. Aneh. Tentu saja dan sudah tentu tidak sampai kesitu pikirannya. Tanpa bepikir lagi cepat dia berlari mengejar orang tua berjubah putih mengenakan sorban di kepala berjalan tenang didepannya.
Syahid sudah berusaha mengerahkan kemampuannya berlari tapi tetap saja orang itu tak terkejar. Dan anehnya jaraknyapun seakan tidak berubah sama sekali. Padahal Syahid telah mengeluarin ilmu lari cepatnya.