Antara Pemerintah, Covid 19 dan Kawasan Industri
Karawang, Mediaseruni.co.id – Seharian kemarin saya mengikuti berita demi berita yang mencuat ke permukaan. Dari sekian banyak berita, ada dua pernyataan menarik yang dilontarkan dua sumber berita.
Mereka adalah Juru Bicara Satgas Covid-19 Karawang dr. Fitra Hergyana dan Ketua Umum Partai Era Masyarakat Sejahtera (Emas) Hasnaeni.
Hasnaeni yang dijuluki ‘Wanita Emas’ ini malah dengan tegas mengatakan apabila dirinya dipercaya pemerintah mengatasi virus corona, dia berjanji akan membereskan masalah penyebaran Covid-19 yang masif dalam waktu singkat.
Sedangkan dr. Fitra, secara terang-terangan menyatakan, sejauh ini dia menilai PPKM Darurat masih efektif, namun hasil akhirnya yang ditunggu. Dokter Fitra bilang begitu karena hingga saat ini kasus terkonfirmasi positif covid-19 masih terus bertambah. Bahkan dalam seharian kemarin pertambahan kasusnya mencapai lebih 500 orang terkonfirmasi terpapar.
Saya jadi teringat Gusdur, Presiden RI ke-4. Matanya memang tidak bisa melihat tetapi mata hatinya lebih tajam dan lebih jernih melihat daripada pemilik mata nornal sekalipun.
Sampai ada yang bilang, “Gus (Sapaan akrab Gusdur) kalau ngomong asal ngejeplak aja, apa tidak dipikirkan dulu.” Dan Gusdur selalu menjawab lebih nyelekit ketimbang yang bertanya.
Dan, anehnya yang dikatakan Gusdur selalu saja benar. Padahal orang akan percaya jawaban yang disampaikan Gusdur terkesan asal keluar saja.
Padahal menurut saya tidaklah seperti itu. Gusdur melontarkan ucapannya, tentulah melalui proses pemikiran terlebih dahulu. Karena Gusdur itu seorang yang praktis dan gak mau ribet.
Karena dia tahu, semua persoalan itu sebetulnya sederhana saja, cuma orang-orang yang ribet yang membuat persoalan jadi ribet. Nah, Gusdur itu selalu memandang persoalan dengan sudut pandang yang sederhana.
Saya sependapat dengan Gusdur, juga dokter Fitra dan Si Wanita Emas Hasnaeni dengan metode data masyarakat yang terintegrasi. Mereka melihat persoalan Covid 19 ini dengan kaca mata yang sederhana.
Sejak Covid-19 ini mewabah kita sudah memberlakukan PPKM dan sampai sekarang. Berbagai formulasi dan strategi pun sudah dilakukan. Dari Sosial Distancing, Physical Distancing, Program 3 M sampai 3 T yang keseluruhannya menggiring kita dalam era baru bernama Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB).
Sudah lelah rasanya. Tetapi wabah itu masih tetap ada malah makin menggila saja. Penyebabnya karena belum patuhnya masyarakat untuk melaksanakan anjuran dan imbauan pemerintah untuk memutus mata rantai wabah Covid-19 dengan program-program pemerintah tersebut.
Sehingga akhirnya diberlakukanlah kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat untuk meminta masyarakat secara paksa mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Tujuan cuma satu, memutus mata rantai penyebaran wabah itu dengan menghentikan kerumunan.
Saya mendukung sekali. Namun, menurut pemikiran sederhana saya, sebetulnya gampang sekali kalau tidak mau ada orang yang berkerumun. Berlakukan saja jam malam, bukankah sekarang temanya PPKM Darurat? Dalam kondisi tertentu negara bisa memaksakan kehendak terhadap rakyatnya demi keselamatan bangsa.
Namanya saja sudah jam malam. Gak boleh ada orang keluar malam. Dijamin gak akan ada lagi orang berkerumun, ketimbang memadamkan penerangan jalan umum (PJU) yang dapat memberi cela otak kotor para penjahat melakukan kejahatannya dengan modus terbaru.
Teman-teman tentara dan teman polisi pun tinggal tongkrongin saja pos-pos keluar dan masuk di RT dan RW atau lingkungan pemukiman. Terutama pos-pos yang jadi pintu keluar masuk karyawan-karyawan yang bekerja di kawasan industri. Kalau sudah tentara dan polisi yang nongkrong dijaminlah semua akan tertib dan terpantau dengan baik.
Catat yang mau keluar dan masuk rumah atau pabrik, mau kemana dan dari mana. Pantau pergerakannya. Saya optimis seminggu saja seperti itu, saya yakin covidnya yang bakal kesal dan lama-lama akan kelelahan sendiri dan minggu kedua, semuanya akan berakhir dan kita akan kembali normal dan memasuki zaman baru bernama AKB.
Saya sendiri, sebetulnya sudah lelah setiap hari menulis berita tentang covid. Berapa yang dirawat, yang sembuh dan yang meninggal. Saya juga sudah lelah mengelola perusahaan pers dengan omset pas-pasan karena rekanan perusahaan yang juga tidak memiliki omset yang dapat dikerjasamakan. Lelah….
Sudah lebih setahun. Dan saya yakin kita semua lelah, dokter Fitra juga lelah, Wanita Emas Hasnaeni yang sudah dua kali vaksin dan baru selesai menjalani isolasi juga sudah lelah. Sedangkan wabah ini belum juga berakhir bahkan makin bertambah parah.
Entahlah, setelah tanggal 20 Juli nanti. Kita berdoa PPKM Darurat yang saat ini sedang diberlakukan menjadi solusi terbaik bagi semua. Pandemi ini berakhir dan semua kembali normal. (*)
