China telah mengumumkan rencana inovatif untuk proyek ambisius pembangunan pangkalan di Bulan. Proyek ini akan dilaksanakan dalam dua fase yang terencana. Pangkalan yang dimaksud merupakan bagian dari inisiatif International Lunar Research Station (ILRS), di mana China bertindak sebagai pemimpin, sementara Rusia memberikan kontribusi awal yang signifikan. Dengan langkah ini, China berupaya menciptakan sebuah titik awal baru untuk penelitian luar angkasa, yang akan membawa kemajuan teknologi dan pengetahuan ilmiah ke tingkat yang lebih tinggi.
Gagasan awal untuk International Lunar Research Station (ILRS) pertama kali diungkapkan pada Juni 2021, dengan rencana ambisius untuk membangun pangkalan Bulan yang sepenuhnya robotik. Proyek ini diperkirakan akan memerlukan lima peluncuran roket kelas berat yang direncanakan berlangsung antara tahun 2030 hingga 2035. Namun, pada sebuah konferensi yang diadakan di Anhui, China, pada 5 September 2024, negara ini mengumumkan rencana terbaru yang lebih mendetail mengenai proyek tersebut. Pembaruan ini menunjukkan komitmen China untuk mengembangkan infrastruktur luar angkasa yang lebih kompleks dan berkelanjutan.
Jaringan ini direncanakan akan memiliki pusat kendali di orbit Bulan dan akan mencakup beberapa stasiun eksplorasi di permukaan Bulan. Lokasi-lokasi tersebut termasuk kutub selatan, khatulistiwa, dan sisi terjauh Bulan. Dengan adanya stasiun-stasiun ini, China bertujuan untuk memperluas pemahaman tentang lingkungan Bulan dan memaksimalkan potensi penelitian ilmiah serta eksplorasi sumber daya yang ada di sana.
Seperti yang dilaporkan oleh Times of India, International Lunar Research Station (ILRS) akan memanfaatkan sumber energi terbarukan seperti tenaga surya, radioisotop, dan generator nuklir. Rencana ini juga mencakup pembangunan jaringan komunikasi yang menghubungkan Bulan dengan Bumi, serta sistem komunikasi berkecepatan tinggi yang beroperasi di permukaan Bulan. Selain itu, berbagai jenis kendaraan Bulan, termasuk penjelajah dan kendaraan otonom jarak jauh, akan diterapkan untuk mendukung misi eksplorasi dan penelitian. Dengan teknologi ini, ILRS bertujuan untuk menciptakan ekosistem luar angkasa yang efisien dan terintegrasi.
Menurut Wu Yanhua, kepala perancang proyek eksplorasi luar angkasa China, pengembangan jaringan pangkalan Bulan yang diperluas ini akan berperan penting dalam mendukung misi manusia ke Mars di masa mendatang. Dengan membangun infrastruktur yang kokoh di Bulan, China berharap dapat mengumpulkan data dan pengalaman berharga yang akan memfasilitasi perjalanan ke planet merah, serta memberikan pemahaman lebih mendalam tentang tantangan yang akan dihadapi selama eksplorasi luar angkasa.
China juga berusaha untuk menggandeng mitra internasional dalam proyek International Lunar Research Station (ILRS). Baru-baru ini, Senegal resmi bergabung sebagai negara ke-13 dalam inisiatif ambisius ini. Dengan melibatkan lebih banyak negara, China berharap dapat memperluas kolaborasi ilmiah dan teknologi dalam eksplorasi luar angkasa, serta menciptakan sinergi global yang mendukung tujuan bersama dalam memahami dan memanfaatkan sumber daya Bulan.
Pada waktu yang sama, Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA, sedang melaksanakan program terpisah yang dikenal sebagai Artemis. Misi ini bertujuan untuk membawa kembali manusia ke Bulan. Baik China maupun NASA memiliki rencana ambisius untuk mengirim astronaut ke Bulan sebelum dekade ini berakhir, menunjukkan kompetisi dan inovasi yang berkembang pesat dalam eksplorasi luar angkasa. Kedua program ini mencerminkan peningkatan minat global terhadap eksplorasi Bulan dan potensi sumber daya yang dapat dimanfaatkan di sana.