Meski sekutunya, Hizbullah di Lebanon, telah menyepakati gencatan senjata, kelompok pemberontak Houthi menegaskan akan tetap melancarkan serangan terhadap Israel. Sementara itu, gencatan senjata antara Hizbullah dan Tel Aviv mulai berlaku pada Rabu (27/11) pagi, meskipun kedua belah pihak saling menuduh melakukan pelanggaran atas kesepakatan tersebut.
“Penting untuk melanjutkan apa yang telah dicapai di Lebanon dan bergerak menuju eskalasi lebih lanjut, khususnya dari Irak dan Yaman,” ucap pemimpin Houthi, Abdulmalik al-Houthi, dalam pernyataan terbarunya yang disiarkan saluran televisi Al-Masirah, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Jumat (29/11/2024).
“Operasi front Yaman untuk mendukung rakyat Palestina dengan rudal dan drone terhadap musuh Israel terus berlanjut,” tegasnya.
“Pekan ini, ada operasi pengeboman yang menargetkan Ashqelon, pangkalan udara Nevatim Israel di Negev dan kota Eliat,” sebut Al-Houthi seperti dikutip The National.
Houthi, sebagai bagian dari “Poros Perlawanan” yang bersekutu dengan Iran dalam menghadapi Israel dan Amerika Serikat (AS), secara rutin meluncurkan serangan drone dan rudal ke wilayah Israel sejak konflik di Jalur Gaza meletus pada Oktober tahun lalu.
Kelompok yang berbasis di Yaman ini juga kerap mengganggu jalur pelayaran di Laut Merah dan Teluk Aden dengan menyerang kapal-kapal yang melewati perairan strategis tersebut. Aksi-aksi tersebut secara signifikan menghambat jalur perdagangan global yang sangat vital.
“Saya berharap semua orang di militer dan masyarakat menyadari tanggung jawab kita, dan dengan bantuan Tuhan, kita akan melakukan lebih banyak hal… dalam melawan musuh Israel,” ucap Al-Houthi dalam pernyataannya.
“Kita di front Yaman melakukan yang terbaik untuk mendukung rakyat Palestina,” imbuhnya.
Gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah mulai berlaku di Lebanon pada Rabu (27/11) pagi waktu setempat. Namun, pada hari kedua gencatan senjata, Kamis (28/11), kedua belah pihak saling melontarkan tuduhan pelanggaran terhadap kesepakatan tersebut.
Hassan Fadlallah, pejabat senior Hizbullah sekaligus anggota parlemen Lebanon, menuduh Israel telah melanggar kesepakatan gencatan senjata. Fadlallah menyatakan bahwa Israel telah “menyerang warga yang kembali ke desa-desa perbatasan” di Lebanon selatan.
Militer Lebanon, dalam pernyataannya, juga menuduh Israel telah melakukan beberapa pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata yang berlaku pada Rabu (27/11) dan Kamis (28/11).
Sementara itu, militer Israel dalam pernyataannya menuduh Hizbullah melanggar gencatan senjata dan mengungkapkan bahwa pasukannya telah menyerang fasilitas senjata Hizbullah di Lebanon selatan. Israel mengklaim bahwa serangan tersebut dilakukan setelah mereka mengidentifikasi apa yang disebut sebagai “aktivitas teroris” di fasilitas tersebut.
Israel juga menyatakan bahwa pada Kamis (28/11), pasukannya melepaskan tembakan ke arah “para tersangka” yang mengendarai kendaraan yang tiba di beberapa area di zona selatan Lebanon. Tel Aviv menilai aktivitas tersebut sebagai pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata yang tengah diberlakukan.