Radar yang digunakan oleh ilmuwan China telah mendeteksi adanya fenomena yang dikenal sebagai gelembung plasma ekuatorial, atau dalam istilah teknis disebut equatorial plasma bubbles (EPB), yang muncul di lapisan atmosfer yang lebih tinggi di atas Piramida Giza. Penemuan ini menimbulkan sejumlah pertanyaan menarik: Apa makna dari fenomena ini? Apakah ini menandakan adanya aktivitas atmosfer yang tidak biasa, ataukah terdapat hubungan dengan faktor-faktor lain di sekitar situs bersejarah ini? Gelembung plasma ini, yang bisa diibaratkan sebagai ‘gelembung misterius’ di langit, menyimpan potensi untuk memperluas pemahaman kita tentang interaksi atmosfer dan lingkungan geologis yang kompleks.
Lapisan atmosfer yang lebih tinggi dipenuhi oleh berbagai fenomena aneh dan menarik. Salah satu yang memiliki peranan penting dalam bidang komunikasi dan navigasi adalah gelembung plasma ekuatorial, yang dalam istilah ilmiah dikenal sebagai equatorial plasma bubbles (EPB). Keberadaan EPB ini dapat memengaruhi sinyal radio dan sistem navigasi satelit, sehingga pemahaman yang mendalam tentang gelembung ini sangat penting untuk memastikan keakuratan komunikasi di udara. Seolah-olah mereka adalah ‘guntur diam’ yang dapat mengganggu arus informasi, EPB memiliki dampak signifikan pada teknologi modern yang bergantung pada gelombang elektromagnetik.
Dikutip dari IFL Science, Selasa (17/9/2024) EPB adalah kantong gas super panas yang terbentuk di lintang rendah, biasanya setelah Matahari terbenam. Keberadaan EPB masih kurang dipahami, dan mengingat bahwa mereka memengaruhi hubungan Bumi dengan luar angkasa, penting untuk mengetahui apa yang sedang terjadi.
Sebenarnya, penemuan gelembung plasma besar di atas Mesir bukanlah hal yang baru. Setiap tahun, puluhan gelembung plasma ekuatorial (EPB) terbentuk di area tertentu. Namun, yang menarik perhatian adalah lokasi dari mana gelembung-gelembung ini diamati.
Pengamatan terhadap fenomena ini umumnya dilakukan dari luar angkasa untuk memperoleh perspektif yang lebih luas. Meski demikian, pengamatan juga dapat dilakukan dari permukaan tanah dengan fokus pada wilayah ionosfer yang paling dekat. Namun, akibat kelengkungan bumi, radar sering kali mengalami kesulitan dalam mendeteksi target yang berada di bawah garis cakrawala. Hal ini membuat pengamatan dari luar angkasa menjadi lebih diutamakan untuk mendapatkan data yang akurat.
Kini, para peneliti dari Chinese Academy of Sciences telah melaporkan bahwa mereka berhasil mendeteksi gelembung plasma ekuatorial (EPB) yang terletak di atas Mesir, dan yang menarik adalah pengamatan ini dilakukan dari Pulau Hainan, yang berada di Laut China Selatan, dengan jarak mencapai 8.000 kilometer.
Di Pulau Hainan, China telah mengembangkan sistem radar ionosfer jarak jauh yang dikenal sebagai Low Altitude Long Range Ionospheric Radar (LARID). Sistem radar ini dirancang khusus untuk memantau ketidakteraturan yang dihasilkan oleh gelembung plasma, sehingga memungkinkan pengamatan yang lebih akurat terhadap fenomena-fenomena di atmosfer atas.
Layaknya transmisi radio yang dapat disebarkan ke seluruh penjuru dunia dengan memantulkannya melalui plasma ionosfer, radar pun dapat dikirimkan dengan metode yang serupa. Keunggulan LARID terletak pada kemampuannya untuk menerima sinyal yang kembali dan menginterpretasikannya sebagai variasi yang disebabkan oleh gelembung plasma tersebut. Dengan jangkauan deteksi yang mencapai 9.600 km, sistem ini mampu melampaui jarak yang sebelumnya tercapai dalam waktu kurang dari enam bulan, berkat peningkatan kinerjanya yang signifikan.
Dengan demikian, keberadaan gelembung di atas Piramida Giza bukanlah fenomena yang asing. Namun, mampu menyaksikan perubahan tersebut secara langsung melalui teknologi milik China merupakan sebuah pencapaian yang menakjubkan. Para peneliti memperkirakan bahwa pembangunan jaringan radar semacam ini merupakan terobosan signifikan dalam upaya memantau peristiwa-peristiwa semacam itu.
“Hasilnya memberikan wawasan yang berarti untuk membangun jaringan radar Over-The-Horizon (OTH) lintang rendah di masa mendatang, yang terdiri dari tiga hingga empat radar OTH dan dapat memiliki kemampuan untuk memperoleh EPB global secara langsung,” tulis para penulis dalam makalah mereka.
Gelembung plasma ekuatorial (EPB) mengalami perubahan musiman, mirip dengan pola cuaca yang berubah-ubah. Namun, berbeda dengan cuaca, aktivitas Matahari juga berperan dalam memengaruhi satelit. Kemampuan untuk memprediksi perilaku satelit berdasarkan berbagai faktor seperti lokasi, ukuran, dan waktu sangat penting untuk mengurangi gangguan signifikan yang dapat dialami oleh satelit dalam menjalankan fungsinya.
Satelit memainkan peran krusial dalam berbagai bidang, termasuk komunikasi, navigasi, dan keuangan. Meskipun gangguan yang disebabkan oleh gelembung plasma mungkin terbatas pada area tertentu di Bumi, dampaknya dapat dirasakan secara global dalam dunia yang terhubung saat ini. Oleh karena itu, deteksi gelembung plasma ekuatorial (EPB) melalui radar jarak jauh menjadi sangat penting, karena informasi ini dapat membantu mitigasi gangguan yang dapat memengaruhi berbagai sistem dan layanan yang kita andalkan setiap hari.