Mesin pembakaran dalam (ICE) memerlukan sistem pendingin untuk menjaga suhu operasionalnya agar tetap seimbang. Hal ini bagaikan menjaga suhu tubuh manusia yang sehat; jika suhu terlalu tinggi, berbagai masalah dapat muncul. Dengan mempertahankan suhu yang optimal, performa mesin akan tetap terjaga dan komponen-komponen di dalamnya tidak akan mengalami kerusakan atau keausan yang signifikan. Keberadaan sistem pendingin ini ibarat pelindung yang menjaga agar mesin dapat berfungsi dengan baik dan efisien dalam jangka waktu yang lama.
Sensor suhu coolant mesin (Engine Coolant Temperature, ECT) memiliki peran penting dalam memantau suhu coolant yang beredar. Data yang dikumpulkan oleh sensor ini akan disampaikan kepada unit kontrol elektronik (ECU), yang berfungsi untuk menentukan cara kerja sistem pendingin mesin. Dengan informasi yang akurat mengenai suhu, ECU dapat melakukan penyesuaian yang diperlukan untuk menjaga agar mesin tetap dalam kondisi optimal, sehingga mencegah overheating dan memastikan efisiensi kinerja mesin.
Hardi Wibowo, pemilik Aha Motor Yogyakarta, menjelaskan bahwa suhu mesin dapat meningkat drastis, terutama di area ruang bakar yang berinteraksi langsung dengan proses pembakaran. Dalam situasi ini, suhu yang tinggi dapat menyebabkan berbagai masalah, termasuk risiko overheating, yang berpotensi merusak komponen mesin. Oleh karena itu, pengelolaan suhu yang efektif sangat penting untuk memastikan kinerja optimal dan umur panjang mesin.
Panas yang dihasilkan dari proses pembakaran dapat menyebabkan perubahan bentuk pada logam, sehingga menjaga suhu mesin dalam batas aman menjadi sangat penting. Untuk mencapai hal ini, sistem pendingin berfungsi untuk mengontrol suhu, dengan menggunakan coolant yang beredar di dalam water jacket. Coolant ini berperan sebagai perisai, menyerap dan mendistribusikan panas yang dihasilkan, sehingga memastikan bahwa mesin tetap beroperasi dalam kondisi yang stabil dan aman, serta mencegah kerusakan pada komponen mesin akibat panas yang berlebihan.
Hardi menjelaskan bahwa di sekitar ruang bakar, terutama pada kepala silinder dan blok mesin, terdapat water jacket, yang merupakan ruang di mana cairan coolant mengalir mengelilingi sumber panas. Fungsi water jacket ini sangat vital karena ia berperan sebagai pelindung, memungkinkan coolant untuk menyerap panas berlebih yang dihasilkan dari proses pembakaran. Dengan demikian, suhu mesin dapat tetap terjaga dalam batas aman, mencegah potensi kerusakan pada komponen vital mesin.
“Coolant akan bersirkulasi membawa panas untuk dilepas di area pendingin radiator, maka dari itu suhu coolant yang dikontrol oleh sistem, untuk menentukan putaran kipas radiator beserta alirannya,” ucap Hardi.
Oleh karena itu, Hardi menegaskan bahwa sistem pendingin memerlukan cairan dengan formula yang dirancang khusus agar tahan terhadap suhu tinggi. Cairan ini tidak hanya harus efektif dalam menyerap panas, tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk tetap stabil, sehingga tidak mudah menguap atau berkurang volume saat berfungsi sebagai pendingin. Dengan demikian, penggunaan coolant yang tepat sangat krusial untuk menjaga kinerja mesin tetap optimal dan mencegah terjadinya overheating.
“Rentang suhu coolant saat mesin bekerja mencapai 100 derajat celcius lebih, bahkan di suhu 114 derajat celcius lampu indikator overheat baru menyala, jika pakai air biasa sudah pasti akan mendidih,” ucap Hardi.