Krisis Iklim Semakin Nyata: 2024 Jadi Tahun Pertama Melampaui Batas Pemanasan 1,5 Derajat Celcius

admin mediaseruni

The silhouettes of emissions are seen rising from stacks of the Duke Energy Corp. Gibson Station power plant at dusk in Owensville, Indiana, U.S., on Thursday, July 23, 2015. Coal reclaimed its ranking as the top fuel for generating electricity at U.S. power plants in May, beating natural gas, which took the number one spot for the first time in April. Photographer: Luke Sharrett/Bloomberg

Tahun 2024 akan dikenang sebagai tahun kelam bagi Bumi. Berbagai lembaga klimatologi internasional telah memastikan bahwa suhu rata-rata global tahun ini telah melampaui ambang batas 1,5 derajat Celcius di atas level pra-industri.

Batas ini, yang telah ditetapkan dalam Perjanjian Paris 2015, menjadi tonggak penting yang menandai percepatan dampak perubahan iklim yang semakin terasa.

“Pada titik ini, kecuali dampak asteroid atau letusan gunung berapi besar-besaran… Saya pikir aman untuk mengatakan ini akan menjadi tahun pertama di atas 1,5 derajat,” kata Zeke Hausfather di organisasi nirlaba AS Berkeley Earth dikutip dari New Science.

Suhu udara rata-rata tahunan merupakan indikator kunci dalam mengukur perubahan iklim global. Meskipun ada fluktuasi setiap tahunnya, memantau tren jangka panjang menunjukkan bahwa suhu Bumi terus meningkat.

Pada tahun lalu, suhu rata-rata global tercatat meningkat sebesar 1,45 derajat Celcius dibandingkan dengan tingkat suhu pada masa pra-industri.

Konsekuensi yang Mengancam

Kenaikan 1,5 derajat mungkin terdengar kecil, terutama karena kita sering merasakan fluktuasi suhu yang jauh lebih besar dalam sehari. Namun, perubahan ini memiliki dampak yang jauh lebih luas bagi sistem iklim global.

Namun, perubahan ini mengacu pada pergeseran dalam rata-rata klimatologis, yaitu suhu rata-rata yang dihitung dari semua hari dalam periode panjang, seperti 30 tahun. Ini berarti perubahan tersebut mencerminkan perubahan besar dalam sistem iklim global kita.

Dampak dari perubahan iklim yang melampaui ambang batas 1,5 derajat Celcius akan dirasakan secara nyata di seluruh dunia, antara lain:

  1. Peningkatan Kejadian Cuaca Ekstrem: Gelombang panas yang lebih intens dan berkepanjangan, kekeringan ekstrem, banjir bandang, dan badai dahsyat akan menjadi lebih sering, menyebabkan kerusakan yang lebih parah pada ekosistem dan infrastruktur.
  2. Kenaikan Permukaan Laut: Proses mencairnya es di kutub akan mempercepat naiknya permukaan laut, yang mengancam keberadaan pulau-pulau kecil dan wilayah pesisir yang padat penduduk.
  3. Krisis Ketahanan Pangan: Perubahan iklim akan mengganggu sistem produksi pangan global, memperburuk risiko kelaparan dan malnutrisi di banyak wilayah yang rentan.
  4. Kepunahan Spesies: Banyak spesies akan kesulitan beradaptasi dengan perubahan iklim yang begitu cepat, meningkatkan ancaman kepunahan dan merusak keseimbangan ekosistem.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Setiap individu, pemerintah, dan sektor swasta memiliki peran yang sangat penting dalam menghadapi krisis iklim global ini. Menurut Zeke, ada beberapa langkah konkret yang bisa diambil, antara lain:

  1. Transisi ke Energi Terbarukan: Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan beralih ke sumber energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
  2. Meningkatkan Efisiensi Energi: Menggunakan energi secara lebih efisien di berbagai sektor, mulai dari rumah tangga, tempat kerja, hingga sistem transportasi, untuk mengurangi pemborosan dan emisi.
  3. Melindungi dan Memulihkan Hutan: Mengingat peran penting hutan dalam menyerap karbon dioksida, melindungi dan memulihkan hutan-hutan yang ada akan menjadi langkah krusial dalam mengurangi kadar karbon di atmosfer.

Also Read

Tags