EGOIS! Kata ini mendadak terlintas dibenak ketika menyimak sederetan kalimat berbunyi ‘Jalan Ini Ditutup’ lalu ada embel-embel ‘PT KAI’ di badan Jalan Suhud Hidayat.
Egois, pantaskah kata ini terlontar? Itu pertanyaan kedua yang terlintas. Hanya untuk mencegah terjadinya kereta api menabrak bus, jalan alternatif itu harus ditutup.
Egois, jika dicernah, rasanya pantas-pantas saja, apalagi ruas jalan Suhud Hidayat yang ditutup itu merupakan jalan alternatif yang amat dibutuhkan masyarakat Rawa Bambu.
Memang, kalau dicernah lagi lebih jauh kebelakang, tadinya jalan itu hanyalah jalan kecil para pejalan kaki dan cuma jalan tanah tanah merah. Zaman dulu, boro-boro mobil atau bus, motor saja amat jarang yang melintas. Masyarakatnyapun masih amat sedikit, sehingga jalur itupun selalu aman dilintasi. Hampir tidak pernah terdengar ada orang ditabrak kereta api, apalagi bus. Sehingga PT KAI tidak perlu menutup jalur perlintasannya yang memotong jalan yang kini bernama Suhud Hidayat. Tetapi zaman sudah berubah. Masyarakatnya pun sudah padat. Baik motor atau mobil hampir setiap saat melintas. Bentuk jalannyapun tidak lagi tanah keras, melainkan sudah dibeton dan mulus.
Satu-satunya yang tidak berubah disitu adalah perlintasan kereta apinya. Masih jadul dan tanpa petugas penjaga perlintasan.
Padahal ribuan motor dan mobil setiap hari melintasi perlintasan kereta api Rawa Bambu ini. Pendeknya Jalan Suhud Hidayat saat ini sudah menjadi jalur penting masyarakat Karawang. Sehingga yang melintas disitupun bukan cuma motor dan mobil pribadi, tetapi bus dan truk pun ikut menggunakannya.