Mediaseruni.co.id, KARAWANG – Dua isu nasional yang terjadi satu bulan terakhir adalah Fenomena El Nino dan udara buruk. Keduanya memunculkan dampak luar biasa, yakni bencana kekeringan yang dapat mengakibatkan kebakaran hutan dan penyakit ispa lantaran buruknya kualitas udara.
Di Indonesia, selain upaya meminimalkan dampak kekeringan, isu udara buruk ternyata juga membuat cemas negara tetangga. Terlebih adanya fenomena El Nino saat ini yang mengakibatkan kekeringan hebat di kawasan hutan.
Melansir Manggarainews, fenomena terkait kebakaran hutan di tanah air, menjadi perbicangan hangat Media Singapura The Straits Times yang menyajikan peristiwa tersebut dalam artikel berjudul ‘Forest fires blanket several Indonesian provinces, causing surge in people falling ill’.
Disebutkan, setidaknya ada enam provinsi di Indonesia mengalami kebakaran hutan. Yakni Jambi, Riau, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan.
“Ini yang menyebarkan kabut asap ke negara-negara tetangga termasuk Singapura dan Malaysia, sehingga mempengaruhi kualitas udara di provinsi-provinsi tersebut.” Demikian isi artikel, dikutip Senin 18 September 2023.
Badan Lingkungan Hidup Nasional Singapura pun memperingatkan bahwa cuaca kering di Sumatra pekan ini dapat mengakibatkan kondisi berkabut di tersebut, dan menambahkan bahwa pihaknya sedang memantau situasi dengan cermat.
Media Reuters, juga memuat hal sama. Dalam artikel berjudul ‘Indonesia braces for forest fires, crop loss from severe dry season’, dilaporkan bagaimana RI diperkirakan akan mengalami musim kemarau yang parah akibat dampak pola cuaca El Nino.
Sebelumnya Singapura dan Malaysia memang memberi peringatan akan asap kebakaran hutan RI. Pekan lalu, media Malaysia The Star menulis kualitas Udara di Negeri itu memburuk terutama di Penang dan Sarawak seiring seringnya titik api muncul di RI.
Menurut data IQ Air seperti dilansir media Malaysia itu, stasiun pemantauan di Tanjung Bungah dan Sekolah Internasional Dalat mencatat indeks kualitas buruk masing-masing 149 dan 107.
Sebelumnya Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, juga menyebut hal ini (fenomena El-Nino) telah mengancam panen dan meningkatkan risiko kebakaran hutan. “Diketahui ada kemungkinan tidak akan turun hujan atau hanya 30% dari curah hujan biasanya,” ucap Dwikorita.
Sementara Reuters pun menuliskan Tanda-tanda awal cuaca panas dan kering yang disebabkan oleh El Nino mengancam produsen makanan di seluruh Asia. “Dengan produksi minyak sawit dan beras kemungkinan besar akan terganggu di Indonesia dan Malaysia – yang memasok 80% minyak sawit dunia – dan Thailand,” tulis Reuters.
Perlu disampaikan krisis kebakaran hutan dalam satu bulan terakhir telah menjadi perhatian global karena dampaknya yang merusak ekosistem dan kualitas udara. Kondisi cuaca ekstrem dan aktivitas manusia menjadi faktor utama penyebab kebakaran ini.
Penyebab utama kebakaran adalah musim kemarau yang ekstrem, di mana curah hujan yang rendah dan suhu yang tinggi menciptakan kondisi yang sangat rentan terhadap kebakaran hutan.
Krisis kebakaran hutan ini tidak hanya menjadi masalah internal bagi Indonesia, dampaknya telah merambat secara global. Asap dari kebakaran hutan ini telah mencapai negara tetang dan negara-negara tetangga yang berdekatan, mengganggu kualitas udara dan kesehatan penduduk setempat.
Selain itu, kebakaran hutan yang besar dapat mempengaruhi iklim global dengan melepaskan karbon dioksida ke atmosfer dan merusak lapisan ozon, hingga mengakibatkan menurunkan kualitas udara.
Organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi lingkungan seperti Greenpeace telah menyuarakan keprihatinan mereka terhadap peristiwa ini dan menyerukan tindakan segera untuk mengatasi kebakaran hutan dan melindungi ekosistem yang terancam. (Mds/*)