Mediaseruni.co.id – Kerja sama yang dilakukan Global Wakaf-ACT dengan Sharp merupakan upaya untuk mendorong kemandirian pangan nasional dari sektor pertanian melalui program Wakaf Sawah Produktif (WSP).
Sementara lahan pertanian yang menjadi lokasi pelaksanaan program dipilih lahan persawahan di Desa Gembongan Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang, Jawa Barat.
Presiden Global Wakaf-ACT Sri Eddy Kuncoro mengatakan, dalam program ini Global Wakaf-ACT akan membeli gabah petani apapun kondisinya. Sehingga selain petani mendapat manfaat secara ekonomi, juga bisa terhindar dari praktik riba jika menjualnya ke tengkulak.
“Gabah hasil panen para petani akan kita dibeli dengan harga yang lebih tinggi dibanding jika mereka menjualnya melalui tengkulak,” ucap Eddy, rilis diterima Jumat 13 Mei 2022. Eddy menambahkan pihaknyapun memberikan pendampingan selama proses produksi, termasuk pendampingan spriritual.
Nantinya, kata Eddy, gabah-gabah yang telah dibeli akan diolah menjadi beras berkualitas dan dikemas dalam kemasan 3 kilogram. “Beras-beras tersebut akan kami bagikan ke masyarakat di seluruh Indonesia melalui berbagai program yang digaungkan ACT, seperti operasi beras gratis, dan lain sebagainya,” terang Eddy.
Ditutur Eddy juga, sejak diresmikan pada 2020 lalu WSP telah hadir di 15 provinsi di Indonesia. WSP merupakan program optimalisasi dana wakaf yang disalurkan khusus kepada petani padi, untuk kebutuhan permodalan usaha tani dalam bentuk pengadaan sarana produksi, pendampingan, hingga penyerapan hasil panen oleh tim Global Wakaf-ACT.
Sementara itu, National Sales Sr. General Manager Sharp Andry Adi Utomo menyatakan, dalam panen WSP di Desa Gembongan, 82 ton padi telah dibeli dari petani. Andry berharap, kegiatan ini menjadi langkah awal untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional.
“Alhamdulillah, kerja sama Sharp dengan Global Wakaf-ACT di Desa Gembongan berjalan lancar. Padi sudah menguning, hasil panen juga melimpah. Semoga bantuan ini mampu memberikan solusi bagi keterbatasan pangan di masyarakat, maupun pemberdayaan ekonomi bagi produsen pangan sendiri,” ujar Andry, yang mengikuti proses panen padi.
Ucapan syukur pun dilontarkan petani di Desa Gembongan. Rudin Tajudin (45) diantaranya, sebagai petani yang pendapatannya cenderung tidak menentu, dirinya tak khawatir lagi soal penghasilannya
“Sebelumnya kan pendapatan kita sangat bergantung dengan cuaca. Kalau lagi hujan, dan gabah basah, itu susah dijual. Kalau dipaksa dijual, harganya murah. Dengan adanya program dari Sharp dan ACT ini, enggak perlu khawatir lagi kalau hujan. Mereka sudah pasti tetap mau beli walaupun gabahnya basah,” pungkas Rudin. (Mds)