KELAHIRAN bangsa merdeka ini tidak bisa mengabaikan peran dan kiprah para santri dari berbagai pondok pesantren. Lihat saja Kiai Haji Ahmad Dahlan, KH Hasyim Asy’ari, Pangeran Diponegoro, Tuanku Imam Bonjol, Kapiten Patimura, Cut Nyak Dien, dan tak terhitung lagi jumlahnya pejuang dan pahlawan kemerdekaan yang berlatar belakang pondok pesantren.
Namun, dari puluhan bahkan ratusan hingga ribuan jumlahnya itu kita patut mencatat pejuang santri yang mampu mengobarkan semangat jihad para santri. Nama Bung Tomo barangkali masih melekat dibenak kita semua. Dia santri dari Jawa Timur yang menggerakkan perang suci di Surabaya. Menurut pejuang muda tersebut jihad merupakan upaya bersama untuk memberangus ketidakadilan. Bung Tomo memberi pilihan kepada masyarakat indonesia kala itu, “Merdeka atau Mati!”
Bung Tomo juga wartawan aktif dan aktif menulis di berbagai surat kabar dan majalah. Bung Tomo juga pernah menjabat wakil pemimpin redaksi Kantor Berita Pendudukan Jepang Domei, serta Pemimpin Redaksi Kantor Berita Antara di Surabaya. Selain pucuk pimpinan Barisan Pemberontak Rakyat Indonesia (BPRI) yang kemudian dilebur ke dalam Tentara Nasional Indonesia. Bung Tomo juga kerap berpidato yang disiarkan oleh Radio BPRI untuk mengobarkan semangat perjuangan.
Selain Bung Tomo, kita juga mengenal K.H Ahmad Dahlan yang membawa pembaharuan dalam bidang pembentukan lembaga pendidikan Islam, yang semula sistem pesantren menjadi sistem sekolah. Dimana kemudian dikonkritkan KH. A. Wahid Hasyim saat itu menjabat Menteri Agama Republik Indonesia (Menag). Dia merupakan Menag pertama pasca Indonesia merdeka 20 Desember 1949.