Mediaseruni.co.id – Seiring bertambahnya usia seseorang, seringkali terjadi perubahan pada kemampuan ingatan mereka, yang merupakan bagian alami dari proses penuaan. Beberapa tanda umum seperti lupa di mana Anda meletakkan kunci, dompet, atau barang lainnya adalah hal yang wajar.
Namun, ada perbedaan antara lupa hal-hal kecil ini dan masalah ingatan serius yang melibatkan ketidakmampuan untuk menggunakan benda-benda tersebut atau bahkan mengenali apa yang sebenarnya mereka wakili.
Otak adalah organ yang kompleks, dan fungsi memori adalah salah satu yang paling rumit. Memori memungkinkan manusia menyimpan berbagai jenis pengalaman dan informasi, termasuk nama, gambar visual, bahasa, suara, rasa, dan lainnya.
Otak menggabungkan semua pengalaman ini, bersama dengan emosi yang menyertainya, ke dalam ingatan. Proses memori melibatkan tiga tahap penting yakni pengkodean, penyimpanan, dan pengambilan. Gangguan pada salah satu tahap ini dapat memengaruhi kemampuan ingatan.
Kenangan disimpan dalam dua jenis memori yakni jangka pendek dan jangka panjang. Tidak semua informasi dalam memori jangka pendek akan ditransfer ke memori jangka panjang. Pengulangan adalah salah satu faktor yang membantu mengamankan informasi dalam memori jangka panjang.
Beberapa jenis ingatan lebih rentan terhadap kesulitan di usia paruh baya. Misalnya, “ujung lidah” adalah fenomena umum di mana seseorang merasa kesulitan menemukan kata yang diinginkan, meskipun mereka tahu kata tersebut ada dalam pikiran mereka.
Kesulitan mengingat nama, terutama nama orang baru, juga biasa terjadi. Salah meletakkan benda-benda sehari-hari di sekitar rumah juga adalah hal umum. Tantangan utama adalah bahwa kesalahan ingatan semacam ini bisa menjadi tanda awal demensia, dan membedakannya dari kondisi serius ini bisa sulit hingga gangguan tersebut berkembang lebih lanjut.
Demensia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi di mana otak mengalami kerusakan atau gangguan yang mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Bisa juga dikatakan Demensia adalah gangguan neurokognitif dalam istilah medis dan dapat memiliki banyak bentuk, seperti demensia vaskular, Alzheimer, yang disebabkan oleh penyalahgunaan zat, stroke, infeksi HIV, atau berbagai kelainan saraf lainnya.
Demensia bukan hanya masalah hilangnya ingatan, tetapi juga melibatkan gejala lain seperti kesulitan dalam mempertahankan fokus, mudah teralihkan, kesulitan merencanakan tindakan yang terorganisir, kesulitan dalam belajar dan berbicara, penurunan kemampuan perawatan diri, dan kesulitan berinteraksi sosial.
Dalam kasus pelupa, biasanya mereka masih dapat mengingat informasi akhirnya dan menyadari bahwa mereka mengalami gangguan ingatan. Namun, pada demensia yang parah, seseorang mungkin bahkan tidak menyadari ada masalah dengan ingatan mereka.
Peristiwa-peristiwa penting seperti ulang tahun bisa dilupakan jika gangguan ingatan berat terjadi. Hilangnya ingatan yang parah dapat mengarah pada isolasi sosial dan kebingungan dalam lingkungan yang seharusnya dikenali dengan baik. Bahkan hal-hal sepele seperti salah jalan saat berpikir bisa menjadi masalah serius.
Perbedaan utama antara masalah ingatan normal dan yang serius terletak pada perbedaan antara memori jangka pendek dan jangka panjang. Dalam demensia, kemampuan otak untuk mengkodekan memori jangka pendek terganggu, sehingga individu mungkin tidak dapat mengingat hal-hal yang baru dipelajari dalam beberapa menit terakhir.
Namun, mereka masih bisa mengingat peristiwa-peristiwa masa lalu, karena informasi itu telah disimpan dalam memori jangka panjang. Ingatan jangka pendek yang tidak terkonsolidasi sulit untuk dipulihkan, sedangkan ingatan jangka panjang masih ada di otak.
Ada banyak penyebab potensial hilangnya ingatan. Faktor seperti depresi, perubahan hormon, kekurangan oksigen, nutrisi yang buruk, trauma otak, sleep apnea, penyakit kardiovaskular, stroke, dan gangguan neurokognitif seperti Alzheimer adalah beberapa penyebab umum.
Faktor genetik hanya berperan dalam sebagian kecil kasus Alzheimer. Meskipun penelitian tentang penyebabnya terus berlanjut, masih belum diketahui dengan pasti apa yang memicu pembentukan plak dan kusut dalam otak pasien Alzheimer.
Salah satu penyebab hilangnya ingatan yang dapat diatasi adalah sleep apnea. Kekurangan oksigen saat tidur karena penyumbatan saluran napas dapat mengganggu fungsi otak dan memengaruhi ingatan. Menggunakan alat bantu pernapasan selama tidur dapat mengembalikan tingkat oksigen ke otak dan memperbaiki fungsi ingatan.
Depresi juga dapat menyebabkan hilangnya ingatan dan dapat diobati. Dalam banyak kasus, pengobatan depresi dapat membantu memulihkan fungsi ingatan ketika kondisi depresi membaik.
Selain itu, perubahan dalam pola makan dan rutinitas olahraga juga dapat membantu meningkatkan kemampuan ingatan, terutama jika hilangnya ingatan masih dalam tahap awal dan tidak terkait dengan trauma atau penyakit otak. Jika hilangnya ingatan disebabkan oleh infeksi otak yang dapat diobati, pemulihan kesehatan individu dapat membantu mengembalikan fungsi ingatannya.
Orang yang mengalami trauma otak mungkin dapat memulihkan sebagian atau seluruh kemampuan ingatannya dalam beberapa kasus. Namun, inhibitor kolinesterase tidak dapat mengembalikan ingatan yang hilang akibat demensia. (Mds/int)